Jumat 11 Nov 2011 17:25 WIB

Warga Cina Berebut Nikah pada 11-11-2011

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI - Pasangan Cina bergerombol di berbagai kantor catatan sipil untuk menikah pada Jumat (11/11), karena mereka percaya 11/11/11 adalah tanggal paling menguntungkan dalam satu abad.

Tanggal 11 November secara tak resmi telah dirayakan sebagai 'hari lajang' di Cina sejak 1990-an --sebab tanggal itu terdiri atas angka 1 kembar-- dan itu dipandang sebagai hari baik untuk menikah serta melepaskan masa lajang.

Tapi tahun ini dipandang sebagai sangat khusus lagi sebab tahun ini juga berakhir dengan angka 11.

Lebih dari 200 pasangan berkumpul di satu kantor catatan sipil di pusat kota Shanghai, Jumat pagi, sebagian bahkan sudah ngantri sebelum pintu kantor layanan pendaftaran dibuka untuk memastikan mereka termasuk pasangan yang pertama menikah.

Manager hotel Li Xue (26) mulanya berencana menikah pada Februari tahun depan, tapi ia memajukan rencananya gara-gara hari spesial 11 September.

"Kami menikah pada 'enam angka 1'. Kami tidak lagi lajang pada `hari lajang` sekali dalam satu abad," kata perempuan tersebut kepada AFP, saat ia menunggu giliran untuk menikah.

Shanghai saja mencatat lebih dari 3.300 pasangan yang telah mendaftarkan diri untuk menikah pada Jumat, tapi jumlah terakhir bisa jadi lebih banyak banyak lagi, sebab catatan itu tak mencakup orang yang datang tanpa pendaftaran, kata wanita juru bicara biro urusan sipil kepada AFP.

Berbagai kota besar lain di Cina melaporkan kehebohan pernikahan serupa. Di kota Nanjing, China timur, lebih dari 3.000 pasangan telah mendaftar untuk menikah pada Jumat, 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata pada hari biasa, demikian laporan kantor berita resmi China Xinhua.

Lebih dari 1.300 pasangan juga sudah mencantumkan nama mereka di kantor catatan sipil untuk mengikat tali pernikahan di kota Hangzhou, bagian timur Cina. Hari itu, meskipun tidak secara resmi diakui oleh pemerintah, telah menjadi sumber keberuntungan komersial.

Di tempat perbelanjaan "daring" (dalam jaringan) terkenal, Taobao Mall, yang dikelola oleh raksasa Internet, Alibaba, para pedagang memberi potongan harga sampai 50 persen untuk menghormati hari tersebut.

Media China memanfaatkan peristiwa itu untuk meneliti fenomena apa yang disebut "perempuan sisa", yaitu perempuan khusus yang berusia akhir 30-an yang tak bisa atau tak mau menikah, sebagai peluang penghasilan yang lebih besar untuk melakukan penjualan.

"Perempuan memiliki akses ke pendidikan lebih tinggi dan banyak telah diberi kesempatan untuk bersaing dengan lelaki di lapangan kerja," kata Zhu Fuqiang, profesor ekonomi di Zhongshan University, kepada Xinhua.

"Mereka tak perlu menggantungkan kebahagiaan dan kehidupan rumah tangga mereka pada kaum pria," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement