REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Pemerintahan Barack Obama berencana untuk menjual ribuan bom canggih "penjebol bunker" dan amunisi lainnya ke Uni Emirat Arab sebagai cara untuk mencegah Iran, kata Wall Street Journal dalam laporannya Jumat (11/11).
Usulan persenjataan itu, diperkirakan segera disampaikan secara resmi kepada Kongres. Rencana termasuk penjualan hingga 4.900 amunisi serangan gabungan langsung, atau JDAMs, bersama dengan sistem senjata lainnya, kata laporan itu.
Laporan itu muncul hanya beberapa hari setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan terdapat bukti "layak dipercaya" yang menunjukkan bahwa Iran telah terlibat dalam proyek-proyek dan eksperimen yang relevan dengan pengembangan senjata nuklir.
Teheran sepenuhnya menolak laporan IAEA dan menegaskan bahwa Iran tidak memiliki program senjata nuklir.
Ia mengecam laporan IAEA sebagai "tidak seimbang, tidak profesional dan bermotif politik."
Penjualan senjata yang diusulkan adalah upaya terbaru pemerintahan Obama untuk membangun koalisi regional guna melawan Iran. Dengan amunisi baru, UEA, sekutu kunci AS di Teluk Persia, akan dapat "memperluas kemampuan yang ada dari angkatan udara negara itu untuk target struktur tetap, yang bisa termasuk bunker dan terowongan - jenis instalasi di mana Iran diyakini gunakan untuk mengembangkan senjata," kata Wall Street Journal.
Rencana tersebut merupakan bagian dari usaha lebih luas oleh Amerika Serikat untuk membangun enam anggota Dewan Kerja sama Teluk, yang terdiri dari Arab Saudi, Bahrain, Oman, Qatar, UEA dan Kuwait, sebagai penyeimbang terpadu menghadapi Iran, kata Journal menambahkan.
Laporan IAEA terakhir menempatkan pemerintahan Obama di bawah tekanan untuk tampil dengan tindakan baru terhadap Iran. Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, Kamis menyerukan tekanan ekonomi dan diplomatik yang lebih keras terhadap Teheran, namun memperingatkan "konsekuensi yang tidak disengaja" bisa muncul akibat aksi militer terhadap Iran.