REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA - Pengamat nuklir PBB menunjukan surat dan gambar satelit sebagai bukti aktivitas nuklir yang sedang dikerjakan Iran, Jumat (11/11). Herman Nackaerts, kepala inspeksi nuklir Badan tenaga Atom Internasional (IAEA), mempresentasikan laporan terbaru itu dalam pertemuan tertutup bersama para negara anggota.
Beberapa partisipan mengatakan Nackaerts memperlihatkan dokumen yang terkait dengan pemerintah Iran dan gambar satelit dari situs militer Parchin di selatan Teheran. Mereka menyebut laporan itu sebagai informasi yang dapat dipercaya.
Laporan mengindikaskan Iran telah membangun kawasan eksplosif yang besar untuk melakukan riset hidrodinamik. Riset tersebut, menurut laporan, mengarah pada pembuatan senjata.
“Ini merupakan temuan baru,” ujar Nackaerts menanggapi kritikan Iran yang menyebutkan bahwa ini tudingan lama. Ketegangan soal nuklir Iran meningkat sejak Selasa lalu, ketika IAEA memaparkan laporannya mengenai aktivitas nuklir Iran.
Teheran menyebut laporan ini sebagai pekerjaan yang tak berkualitas. Duta besar Iran untuk IAEA, Ali Asghar Soltanieh, menolak tudingan itu. Ia menyebutkan tidak ada aktivitas yang berhubungan dengan nuklir di Parchin. Aktivitas yang dilakukan di kawasan tersebut adalah kegitan normal. “Tidak ada bukti aktivitas yang dilakukan Iran untuk kepentingan militer,” ujar dia.
Soltanieh juga mengatakan laporan itu menurunkan kredibilitas agensi PBB. Selama beberapa tahun IAEA melakukan penelitian atas laporan intelejensia Barat mengenai riset yang dilakukan Iran. Riset tersebut diantaranya adalah produksi uranium, pengetesan ledakan, dan fasili corong rudal balistik menjadi corong nuklir.
Soltanieh juga tidak mengakui laporan IAEA yang menemukan hampir 20 kilogram bahan nuklir di Laboratorium Penelitian Serbaguna, Jabr Ibn Hayan, Teheran. Laporan menunjukan PBB memeriksa metal uranium dan sisa proses di tempat tersebut. Soltanieh menjelaskan hal tersebut adalah hal teknis dan bukanlah suatu masalah.
Diplomat barat mengharapkan pertemuan IAEA pada 17-18 November yang diikuti oleh 35 negara anggota akan membicarakan jalan keluar untuk masalah nuklir Iran.