Selasa 15 Nov 2011 03:50 WIB

Soal Nuklir Iran, Perancis Ingatkan agar Militer tak Campur Tangan

ilmuan nuklir Iran tengah mengembangkan reaktor fusi nuklir
ilmuan nuklir Iran tengah mengembangkan reaktor fusi nuklir

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL- Menteri Luar Negeri Prancis pada Senin (14/11)  memperingatkan bahwa mengambil tindakan ketentaraan terhadap Iran atas kegiatan nuklirnya akan menyeret dunia ke pusaran tak terkendali.

"Jelas bahwa laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menunjukkan bahwa Iran membuat kemajuan dalam membuat senjata nuklir. Itu bahaya besar untuk ketenangan kawasan tersebut dan dunia," kata Alain Juppe setelah pembicaraan dengan rekan Uni Eropa di Brussels.

Namun, ia memperingatkan, "Campur tangan tentara akan menjadi hal terburuk dan itu akan menyeret kita ke dalam pusaran tak terkendali."

IAEA mengutip sumber "tepercaya", yang menyatakan Iran melakukan pekerjaan untuk membuat hulu ledak nuklir, yang meningkatkan kekhawatiran di Israel, Amerika Serikat dan Eropa.

Kementerian Luar Negeri Cina pada pekan kedua November menyatakan hukuman tidak dapat secara mendasar menyelesaikan sengketa nuklir Iran. Pernyataan Cina dilontarkan setelah pemimpin Barat mendesak perluasan hukuman terhadap Iran atas laporan pengawas PBB bahwa Teheran berusaha membuat bom atom.

"Kami selalu percaya bahwa pembicaraan dan kerja sama adalah cara tepat untuk memecahkan masalah nuklir Iran. Hukuman tidak dapat secara mendasar memecahkan persoalan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei.

"Tugas mendesak sekarang adalah semua pihak berkepentingan meningkatkan upaya diplomatik," kata Hong.

IAEA dalam laporannya pada pekan itu menyimpulkan Iran "tampak" merancang senjata atom. Kantor berita resmi China Xinhua juga menyarankan Beijing menanggapi laporan tersebut dengan hati-hati.

Pengawas Perserikatan Bangsa-Bangsa "tidak memiliki senjata berasap", kata Xinhua. "Tidak ada saksi atau bukti nyata untuk membuktikan bahwa Iran membuat senjata nuklir," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement