Selasa 15 Nov 2011 07:42 WIB

Uni Eropa Tunda Bahas Sanksi bagi Iran...Sepakat Tanpa Agresi Militer

Fasilitas pengembangan nuklir Iran di Qomm yang diduga sebagai pusat pengayaan uranium
Foto: AP
Fasilitas pengembangan nuklir Iran di Qomm yang diduga sebagai pusat pengayaan uranium

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - Menteri luar negeri Uni Eropa mengadakan pembicaraan untuk menjatuhkan sanksi lebih keras terhadap Iran Senin. Namun, mereka memutuskan untuk menunggu sampai pertemuan berikutnya pada 1 Desember sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.

Para menteri dalam pertemuan di Brussels itu, juga mengesampingkan tindakan militer untuk saat ini, meskipun laporan minggu lalu oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebut bahwa Teheran merancang sebuah bom nuklir.

"Dewan akan terus memeriksa langkah-langkah baru dan diperkuat. Kami akan kembali dengan isu ini pada pertemuan berikutnya, dengan mempertimbangkan tindakan Iran," kata menteri dalam sebuah pernyataan.

Dalam pertemuan, Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan Inggris belum mempertimbangkan aksi militer. "Kami tidak meminta, atau advokasi, berupa aksi militer," katanya. "Pada saat yang sama, kita mengatakan bahwa semua opsi sudah disiapkan di atas meja." Ia menyerukan "tekanan damai yang sah" pada Iran.

Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle, mengatakan, "Sanksi tidak dapat dihindari dan sanksi keras yang tidak dapat dihindari juga jika Iran terus menolak untuk bekerja dengan IAEA."

Iran, katanya, memiliki hak untuk menggunakan tenaga nuklir untuk tujuan damai tetapi juga memiliki kewajiban untuk menolak semua sarana persenjataan nuklir.

Ia mengatakan Jerman tidak akan mempertimbangkan intervensi militer. "Kami tidak akan menjadi bagian dari diskusi tentang intervensi militer... diskusi semacam itu adalah kontra-produktif."

Menteri Luar Negeri Belanda Uri Rosenthal, ditanya tentang kemungkinan intervensi militer, berkata, "Saya tidak mengecualikan apapun, sekarang bukanlah saat untuk mengatakan hal lain."

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement