Selasa 15 Nov 2011 18:07 WIB

Akhirnya Ada yang Berani pada Suriah, Raja Yordania Berseru: Asaad Harus Mundur

Raja Abdullah dari Yordania
Foto: AP
Raja Abdullah dari Yordania

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAn - Raja Abdullah dari Yordania menjadi pemimpin Arab pertama yang menyeru agar presiden Suriah, Bashar al-Assad mundur di tengah pemberontakan tanpa henti dari rakyatnya yang memiliki risiko kian besar terhadap stabilitas rezim.

Raja terlihat menggunakan keputusan Liga Arab pada Sabtu sebagai penutup komentarnya yang dibuat hati-hati namun memberi tekanan tajam terhadap Assad agar segera tunduk terhadap tuntutan reformasi lebih luas.

"Jika saya menjadi dia, saya akan mundur," ujar Abdullah dalam tayanan televisi BBC world news. "Jika Bashar mempertimbangkan kepentingan negaranya, ia akan mundur, namun ia juga masih bakal mampu menjangkau dan memulai fase baru kehidupan politik Suriah."

Pidato itu menanda berbulan-bulan sikap bisu Yordania dan negara Arab lain yang juga berjuang menghadapi serangkaian pergolakan dan pemberontakan yang mengguncang tatanan lama kawasan tersebut.

Mereka terikat kemarahan dengan rezim yang kian terisolasi tersebut. Menteri luar negeri Suriah, Walid al-Mualem, mencerca Liga Arab karena akan memberi sanksi atas Suriah, salah satu anggota pendiri yang selama ini merasa dirinya sebagai satu pemain penting di kawasan tersebut.

Mualem menuding sanksi itu bila diterapkan, 'akan sangat berbahaya' dan merupakan bentuk penghasutan. Ia menuding Liga telah tunduk terhadap plot asing dan menegaskan Suriah akan tetap tegak melawan tekanan kawasan maupun internasional.

Pejabat Suriah mengklaim telah melepaskan 553 tahanan sejak kesepakatan pertama dua pekan lalu untuk menghentikan kekerasn. Namun, Liga menuntut pembebasan semua tahanan politik yang dipenjarakan sejak pemberontaan terjadi pada Maret.

Anggota Liga yang terdiri 22 negara akan menggelar pertemuan menteri luar negeri di ibu kota Maroko, Rabat, Rabu besok untuk menegaskan bentuk sanksi. Sebelum itu, Suriah bergerilya mencoba mencari dukungan 15 dari 22 negara sebagai upaya untuk mencegah atau membatalkan sanksi.

Namun sikat Yordania dipandang lebih signifikan ketimbang posis Liga. Selama musim panas, Turki, yang berbatasan dengan Suriah di utara, juga menegaskan Assad perlu mengenalkan reformasi lebih luas atau mundur dari jabatan. Posisi Turki terlihat lebih keras di tengah aksi penjarahan kedubesnya di Damaskus pada Sabtu mlam.

Sementara pemain utama kawasan tersebut, Arab Saudi dan Mesir, sejauh ini tetap memelihara sikap diam terhadap pergolakan di Suriah, yang telah memakan korban jiwa lebih dari 3.500 warga sipil. Sedangkan negara kecil Teluk, Qatar, telah memimpin kaum Sunni Arab untuk menentang Suriah. Mualem pun menuding sikap Qatar sebagai upaya untuk menggulingkan pemerintah Suriah.

sumber : Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement