REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Presiden Bashar al-Assad mengatakan Suriah tidak akan tunduk pada tekanan internasional yang meningkat menyangkut tindakan kerasnya yang menelan korban jiwa, dalam satu wawancara dengan surat kabar The Sunday Times, Sabtu (19/11).
Bashar mengemukakan kepada mingguan Inggris itu dia siap berperang dan mati untuk Suriah dalam menghadapi intervensi asing. "Ini bukan hanya ucapan tetapi pasti akan dilakukan," katanya.
Presiden itu mengatakan ia merasa sedih atas jatuhnya korban jiwa rakyat Suriah tetapi menegaskan Damaskus harus menumpas geng-geng pemberontak bersenjata dan menegakkan hukum dan ketertiban. "Konflik itu akan berlanjut dan tekanan terhadap Suriah akan berlanjut," katanya.
"Saya menjamin kepada anda bahwa Suriah tidak akan tunduk dan akan terus melawan tekanan yang dikenakan terhadapnya," tambahnya lagi.
Bashar menuduh Liga Arab, yang batas waktu kepada Suriah untuk menghentikan kerasnya telah berakhir, merupakan satu alasan bagi intervensi militer Barat, yang akan memicu satu "gempa" di seluruh Timur Tengah.
"Jika mereka logis, rasional dan realistik, mereka seharusnya tidak melakukan itu karena reaksi-reaksi akan sangat mengerikan. Intervensi militer akan menggoyahkan seluruh kawasan itu, dan seluruh negara akan terkena dampaknya," katanya.
Dalam satu wawancara di Istana Tishreen di Damaskus, presiden berusia 46 tahun itu mengatakan solusi bagi aksi kekerasan yang menurut PBB menewaskan lebih 3.500 orang sejak pertengahan Maret adalah tidak akan menarik pasukannya.
"Satu-satunya jalan adalah mencari orang-orang bersenjata, mengejar geng-geng bersenjata, mencegah masuknya senjata dari negara-negara tetangga, mencegah sabotase dan menegakkan hukum dan ketertiban," katanya.
"Seperti halnya dengan rakyat Suriah lainnya, apabila saya melihat putra-putra negara saya tewas, tetapi saya merasa sakit dan sedih," katanya. Setiap tetesan darah jatuh membuat saya cemas.
Batas waktu Liga Arab itu berakhir pukul 2200 GMT Sabtu (05:00 WIB Minggu), tetapi Bashar tidak menggubris ancaman itu. "Tindakan itu dilakukan untuk menunjukkan bahwa ada satu masalah antara negara-negara Arab, dan itu memberikan negara-negara Barat alasan untuk melakukan intervensi militer terhadap Suriah" katanya.
Keputusan Liga Arab pekan lalu untu menangguhkan keanggotaan Suriah "tidak relevan", katanya. Menjawab pertanyaan apakah pasukan keamanannya terlalu agresif, Bashar mengaku salah tetapi menegaskan itu dilakukan individu-individu bukan oleh negara.
"Kami, sebagai satu negara , tidak memiliki satu kebijakan yang kejam terhadap rakyat," katanya. Hal yang penting adalah mencari orang-orang yang bersalah dan menangkap mereka untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan mereka."
Ia mengatakan kelompok-kelompok oposisi sengaja membesar-besarkan jumlah korban tewas warga sipil yang hanya 619 orang bukan 3.500 orang.
Ia mengatakan mereka terbagi dalam tiga kelompok:para pemerotes yang tewas dalam "baku tembak" antara pasukan keamanan dan geng-geng bersenjata; para korban pembunuhan sektarian; dan para pendukungnya yang tewas karena membela pemerintah.
Selain itu 800 anggota pasukan keamanan juga tewas. "Peran saya sebagai presiden-- ini adalah obsesi setiap hari saya sekarang -- adalah mengusahakan bagaimana menghentikan pertumpahan darah yang disebabkan tindakan-tindakan para teroris bersenjata yang melanda beberapa daerah."
Ia menegaskan pemilu akan diselenggarakan Februari atau Maret, dan menegaskan akan ada satu parlemen baru, satu pemerintah baru dan kemudian satu konstitusi baru yang "akan menetapkan dasar bagaimana memilih seorang presiden", dan dia siap mundur jika kalah.