REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Dalam beberapa bulan terakhir, para pejabat CIA secara diam-diam telah berjuang melindungi mata-mata mereka yang tersisa, baik itu aset-aset asing ataupun agen-agen yang bekerja untuk mereka. Agen mata-mata adalah bisnis yang sangat berisiko di mana sejumlah orang akan dengan mudah terbunuh saat bertugas.
Mantan pejabat CIA mengatakan bahwa keterampilan esensial mata-mata kini telah terkikis karena badan intelejen telah bergeser dari pekerjaan mengatasi manuver agen mata-mata lawan ke pekerjaan memerangi terorisme. "Contoh terbaru adalah adalah seorang pelaku bom bunuh diri yang menyamar sebagai informan dan menewaskan tujuh petugas CIA dan melukai enam orang lainnya di Khost, Afghanistan pada Desember 2009," katanya, pada Associated Press.
Tahun lalu, direktur CIA kala itu, Leon Panetta, mengatakan badan tersebut harus menjaga kesadaran yang lebih besar tentang kontraintelejen. Dan ternyata, delapan bulan kemudian (Juni 2011), pemimpin Hizbullah Nasrallah memberitahu dunia bahwa ia telah melawan CIA. Penangkapan mata-mata oleh Hizbullah sekaligus menunjukkan bahwa CIA masih berjuang dengan aspek pentingnya, yakni memata-matai dan mengirim pesan kepada orang-orang yang akan mengkhianati kelompok tersebut.
Musuh terberat CIA seperti Hizbullah dan Iran telah bertahun-tahun meningkatkan kemampuan mereka berburu mata-mata. Departemen Luar Negeri AS tahun lalu menggambarkan Hizbullah sebagai kelompok teroris yang secara teknis paling kapabel di dunia. Sedangkan Departemen Pertahanan memperkirakan organisasi tersebut menerima pendanaan antara 100 juta hingga 200 juta dollar AS per tahun dari Iran.