Senin 28 Nov 2011 14:41 WIB

Pimpinan Oposisi Yaman Diangkat Jadi Perdana Menteri

Rep: Ditto Pappilanda/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,SANAA  -- Pemimpin dewan nasional oposisi Yaman, Mohammed Basindwa, ditunjuk sebagai perdana menteri sementara, Minggu (27/11).

Penunjukan ini sebagai kesepakatan untuk mengakhiri protes berbulan-bulan yang mengarah ke ambang perang saudara. Basindwa merupakan menteri luar negeri Yaman periode 1993-1994 yang kemudian bergabung dengan oposisi.

"Wakil Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi-menunjuk Mohammed Basindwa untuk membentuk pemerintah persatuan nasional baru untuk menggantikan pemerintahan sementara Ali Muhammad Mujawar," kata kantor berita Yaman, Saba, dikutip dari Xinhua. Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh sebelumnya sepakat untuk menyerahkan kekuasaannya kepada Hadi.

Partai-partai oposisi, Jumat lalu, sepakat untuk mencalonkan Basindwa untuk membentuk pemerintah baru. Berdasarkan perjanjian yang disponsori Dewan Kerjasama Teluk (GCC), Saleh akan menerima kekebalan dari tuntutan hukum dan dapat tetap memegang jabatan Presiden sampai penggantinya terpilih.

Pada Sabtu kemarin, Hadi juga menyebutkan pemilihan presiden akan dilakukan pada 21 Februari mendatang sebagai kesepakatan dengan oposisi untuk menyelesaikan krisis telah berlangsung selama 10 bulan. Demonstran pro-demokrasi menuntut Saleh mengakhiri 33 tahun pemerintahannya.

Beberapa jam sebelum keputusan pencalonan, dalam sebuat pertemuan Saleh mengumumkan amnesti bagi para tahanan yang dipenjara selama 10 bulan krisis politik di negara itu tahun ini.

"Kami berikan pengampunan untuk kesalahan yang dilakukan selama krisis, kecuali mereka yang terlibat dalam serangan bom terhadap masjid istana kepresidenan di bulan Juni," kata pemimpin partai yang berkuasa.

Pejabat senior Departemen Pertahanan yang tidak mau disebut namanya mengabarkan bahwa setelah pertemuan yang sama, Hadi juga memerintahkan penarikan pasukan dari jalan-jalan ibu kota Sanaa sesuai dengan ketentuan kesepakatan GCC.

Di Yaman, ratusan orang telah tewas dalam aksi protes menentang pemerintahan Saleh. Kebuntuan politik telah menyulut kembali konflik dengan kelompok separatis dan militan. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Yaman yang menjadi basis organisasi sayap Al Qaeda bisa menapakan kekuasaannya di perbatasan Arab Saudi yang menjadi eksportir minyak terbesar di dunia.

Dalam kerusuhan yang masih berlanjut, setidaknya 25 orang tewas dan puluhan lainnya terluka di Yaman utara. Kelompok pejuang Sunni Salafi menyebutkan kejadian tersebut merupakan penembakan oleh pemberontak Muslim Syiah Huthi pada Sabtu dan Minggu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement