REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kedutaan Besar Indonesia untuk Yaman yang berbasis di Kota Sanaa mengalami kesulitan mengevakuasi sekitar 3.000 warga negara Indonesia yang berada di negara yang kini dilanda konflik sektarian tersebut. Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa mengakui kesulitan evakuasi disebabkan oleh keberadaan WNI yang tersebar di beberapa kota di Yaman.
"Dengan situasi seperti ini kita harapkan saudara kita yang masih berada di Yaman, terutama yang membutuhkan perlindungan dan bantuan pemerintah untuk segera berkomunikasi, sehingga proses evakuasi bisa dilakukan secara efektif dan terukur," urai Marty usai melakukan rapat kerja dengan Komisi I DPR, di Jakarta (30/11).
Sebelumnya dilaporkan dua WNI asal Medan dan Aceh yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi agama di Provinsi Saada, yang terletak di barat laut Yaman dan perbatasan Arab Saudi dilaporkan tewas. Keduanya, dari 100 pelajar asal Indonesia yang ada di sana, meninggal akibat terjebak dalam aksi penembakan yang diduga dilakukan pemberontak muslim Syiah Huthi, pada Sabtu, 26 Oktober pekan lalu.
Total 25 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa itu dan melukai 48 orang lainnya. Korban tewas termasuk warga negara asing asal AS, Malaysia dan Rusia akibat bom yang menghantam perguruan tinggi tempat mereka menuntut ilmu.
Marty meyakinkan bahwa pihaknya segera menghubungi keluarga kedua korban di Indonesia untuk menanyakan permintaan keluarga tentang nasib jenazah anggota keluarga mereka. Ketiadaan fasilitas untuk mengawetkan jenazah memaksa kedua keluarga setuju kedua jenazah korban dimakamkan di Yaman. Kini keduanya telah dikuburkan.