REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Apa yang bisa membuat AS sedikit bertekuk lutut pada Iran? Salah satu jawabannya mungkin minyak. Pemerintahan Presiden Barack Obama baru-baru ini mencoba menekan Kongres AS untuk meringankan sanksi ekonomi atas Iran.
Padahal sanksi itu belum sebulan lalu diterapkan AS, Inggris dan Israel. Sanksi itu terkait transaksi finansial dan Investasi asing di Iran yang diklaim sebagai tempat cuci uang. Israel cs mengeluarkan sanksi karena khawatir dengan perkembangan nuklir di Iran yang menurut mereka mengarah ke level militer.
Seperti dikutip Reuters, Pemerintahan Obama meminta Kongres untuk meringankan sanksi bagi Bank Sentral Iran. Mengapa? Menurut pemerintahan Obama, pembatasan transaksi Bank Sentral Iran bisa memicu lonjakan harga minyak.
"Kalau harga minyak melonjak itu keuntungan bagi Iran. Mereka bisa memanfaatkannya untuk riset nuklir lagi yang kemungkinan mengarah ke persenjataan nuklir," demikian alasan Pemerintah ke Kongres.
Dalam permintaannya itu, Obama menjelaskan, sebaiknya sanksi ekonomi atas bank sentral Iran ditunda hingga enam bulan ke depan. Selain itu mereka juga meminta perubahan aturan bagi investor asing untuk bisa bertransaksi dengan bank sentral Iran.
Namun usulan ini ditolak mentah- mentah oleh Senat AS. Mereka mengambil voting dengan hasil 100-0 menyatakan menolak permintaan Pemerintahan Obama untuk meringankan sanksi AS.
Senator dari Partai Republik Mark Kirk dsn Senator dari Demokrat Bob Menendez menegaskan sanksi AS atas Iran sudah, "Keras, bertanggungjawab, dan adil," klaim mereka.
"Kalau rezim Iran yang brutal itu bisa mencapai tujuan mereka, yaitu memiliki bom nuklir, maka itu kesalahan kami di Kongres dan Senat," kata Kirk.