Kamis 08 Dec 2011 15:50 WIB

Kisah Tahanan Palestina, Di Balik Jeruji Besi Hapalkan Qur'an

Para tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel disambut bak pahlawan di Kota Gaza.
Foto: Dok MER-C Cabang Gaza
Para tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel disambut bak pahlawan di Kota Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pada 18 Oktober 2011 lalu, pemerintah penjajah Israel merealisasikan kesepakatan pertukaran tahanan dengan pemerintah Palestina. Pertukaran tahanan serdadu Israel, Gilad Shalit, dengan 1.027 tahanan Palestina tersebut dibagi dalam dua gelombang.

Gelombang pertama, sebanyak 477 orang tahanan Palestina ditukar dengan satu tentara Israel. Sedangkan sisanya, sebanyak 550 tahanan akan dibebaskan dua bulan kemudian. Hari itu, Selasa (18/10), menjadi hari yang bersejarah bagi rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Baru kali ini terjadi pertukaran tahanan secara besar-besaran sepanjang sejarah Palestina.

Ketua MER-C Cabang Gaza, Abdillah Onim, yang turut hadir dalam pertukaran tahanan tersebut, mengatakan para tahanan yang baru keluar dari penjara Israel sebagai orang-orang istimewa dan penuh martabat.

"Mereka bukan tahanan kasus korupsi, namun para pembela agama Allah. Begitu keluar penjara, mereka disambut oleh rakyat Palestina dengan penuh suka cita," tutur Dillah dalam surat elektronik yang dikirimkannya ke Republika Online, Rabu (7/12).

Selang berapa hari kemudian, lanjut Dillah, tiba-tiba datang berkah dari Allah SWT, yaitu raja Arab Saudi menghadiahi seluruh tahanan Palestina dengan perjalanan haji gratis. Selain itu, Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniya, juga memberikan hadiah uang tunai sebesar 2.000 dolar AS kepada seluruh tahanan yang baru bebas.

Saat ini, sekitar 7.000 warga Palestina masih mendekam di penjara-penjara Israel. Vonis yang dijatuhkan Israel terhadap para tahanan Palestina berbeda-beda, mulai vonis lima tahun hingga 300 tahun penjara. Bahkan, ada yang divonis penjara seumur hidup.

"Jika tahanan divonis 300 tahun penjara dan ia meninggal di dalam penjara, maka sebelum 300 tahun, jenazah tidak diboleh dibawa keluar penjara hingga genap masa vonisnya," jelas Dillah.

Salah seorang tahanan bernama Abdurahman Rabi’ Shihab menuturkan dirinya telah ditahan selama 23 tahun oleh Zionis-Israel. Pemuda kelahiran Jabaliya, Gaza Utara, yang kini berusia 32 tahun ini digelandang ke penjara tanpa proses peradilan. Ia dituding terlibat dalam gerakan perlawanan terhadap pemerintah Israel.

Shihab divonis 35 tahun hukuman penjara dan dibebaskan sebelum habis masa vonisnya. Ia termasuk salah satu dari 477 tahanan yang dibebaskan Israel berdasarkan hasil kesepakatan pertukaran tahanan dengan Palestina.

"Awalnya, saya tidak tahu jika nama saya ada dalam daftar tahanan yang dibebaskan. Saya malah sedih keluar dari penjara, karena sebagian besar teman-teman saya belum dibebaskan," ungkap Shihab.

Walau demikian, para sahabatnya di penjara terus memberikan semangat agar ia tidak bersedih hati. "Teman-teman saya berkata, berbahagialah! Karena dengan pembebasan ini, kau dapat membahagiakan rakyat Palestina, khususnya sanak keluargamu," kenang Shihab.

Demikian pula dengan Bassil Hasyim Abid Fattah, tahanan asal Kota Khalil, Tepi Barat. Ia divonis 23 tahun hukuman penjara, dan baru menjalani tujuh tahun hukuman ketika mendapatkan kebebasannya.

"Kehidupan di penjara Israel memang sangat memprihatinkan. Tetapi dengan kondisi yang demikian, kami bisa menghapal Alquran dan mengisi waktu dengan menulis," ungkap Fattah.

Fattah bersyukur dapat menikmati kebebasan sebelum habis masa hukumannya. Dan ia mengatakan negaranya akan segera meraih kemenangan. "Kemenangan Palestina takkan lama lagi, kami yakin itu! Insya Allah, dengan perlawanan dan perjuangan melawan Israel, negara Palestina akan merdeka," tegasnya. 

Pemuda 32 tahun ini juga mengungkapkan terima kasih yang mendalam kepada bangsa Indonesia, yang selama ini membantu perjuangan Palestina. Terutama dengan pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Distrik Bait Lahiya, Gaza Utara.

"Kita (Indonesia dan Palestina) adalah saudara. Bantuan berupa pembangunan RSI menjadi pertanda bahwa rakyat Indonesia benar-benar sangat dekat dengan rakyat Palestina. Dan kami (rakyat Palestina) selalu mendoakan agar Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan kepada seluruh rakyat Indonesia," ujar Fattah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement