Ahad 11 Dec 2011 10:39 WIB

Masyarakat Inggris Mudah Marah?

Rep: Lingga Permesti/ Red: Didi Purwadi
John Terry (tengah), bek Chelsea, terlibat adu mulut dengan kiper Queens Park Rangers, Paddy Kenny, di laga Liga Primer Inggris.
Foto: AP/Sang Tan
John Terry (tengah), bek Chelsea, terlibat adu mulut dengan kiper Queens Park Rangers, Paddy Kenny, di laga Liga Primer Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Belum lama ini muncul video dengan muatan kurang lebih sama. Kemarahan beberapa warga Inggris yang ditujukan kepada warga lain di Youtube. Emma West misalnya, harus berurusan dengan polisi dan pengadilan setelah mengumbar kemarahan di kereta yang ia naiki di London Selatan akhir November lalu.

West terekam mengeluarkan kata-kata kotor dan rasis. Ia menyebut Inggris semakin banyak didatangi orang-orang asing terutama dari Karibia, Afrika, dan Eropa timur. "Kembali ke negara asal kalian. Jangan datang ke Inggris. Inggris sekarang miskin," kata West.

Beberapa contoh lainnya seperti pernyataan pembawa acara Top Gears, Jeremy Clarkson; komedian papan atas Inggris, Ricky Gervais; dan kapten Chelsea, John Terry. Clarkson dipaksa meminta maaf setelah mengatakan orang-orang yang berunjuk rasa menentang kebijakan pemangkasan anggaran pemerintah itu sebaiknya ditembak saja.

Gervais menggunakan persoalan yang dihadapi para penyandang down syndrome sebagai bahan lawakan. Adapun Terry dituduh mengeluarkan kata-kata rasis kepada Anton Ferdinand.

Kolumnis harian The Guardian, Hugh Muir, mengambil kesimpulan bahwa warga Inggris sekarang makin mudah marah dan makin tidak toleran.

Sementara, para pengamat mengungkapkan beberapa alasannya. Pertama adalah faktor ekonomi. Penghentian kerja alias PHK terjadi di mana-mana. Sementara, warga yang masih memiliki pekerjaan menghadapi kenyataan pahit tidak ada kenaikan gaj dan pemangkasan tunjangan sosial.

Cary Cooper, guru besar di Universitas Lancaster, berpendapat saat ini sedang terjadi frustrasi massal di dalam masyarakat Inggris. Masa-masa sulit memicu kekhawatiran dan rasa tidak nyaman. Dalam banyak hal, kekesalahan dan kemarahan yang dirasakan masyarakat tidak bisa diarahkan kepada pemerintah, politisi, ekonom, atau bankir. Akhirnya kekesalan tersebut diletupkan kepada anggota masyarakat lain.

Peneliti dan penulis The Guardian, Mertin Robins, justru mengungkapkan bahwa Inggris jauh lebih baik dari beberapa dekade lalu. Sebagian besar warga makin sehat, angka kejahatan rendah dan tidak ada ancaman perang di Inggris.

Ia mengakui ada masalah dan kesulitan. Namun, hal itu jangan sampai membuat masyarakat menutup mata atas banyak keberhasilan lain.

 

sumber : www.guardian.co.uk
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement