REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Pemilihan umum anggota perlemen Mesir tahap kedua dari tiga tahap yang dimulai Rabu (14/12) berlangsung aman dan Ikhwanul Muslimin memperkuat posisi setelah berjaya pada pemilu tahap pertama.
Perhitungan sementara yang dilakukan berbagai media massa dan pemantau pemantau pemilu setempat menunjukkan Ikhwanul Muslimin menempati urutan pertama disusul Partai An Nur dari aliran Salafi, dan partai aliansi sekuler di urutan ketiga.
"Pemilu ini berlangsung jujur dan rakyat menaruh kepercayaan pada Ikhwanul Muslimin," kata Wakil Ketua Ikhwanul Muslimin, Mahmoud Ezzat kepada wartawan di Kairo, Rabu petang waktu setempat.
Tercatat sekitar 18 juta pemilih akan menentukan pilihannya dalam pemilu tahap kedua ini yang digelar di sembilan provinsi, yaitu di Giza, Monofia, Syarqiyah, Ismailiyah, Bani Soef, Suez, Bahirah, Souhag, dan
Aswan, menyusul pemilu tahap pertama pada dua pekan lalu yang juga berlangsung di sembilan dari 27 provinisi di negari Piramida itu.
Adapun pemilu tahap ketiga akan diselenggarakan di sembilan provinisinya pada awal bulan depan. Dalam pemilihan tahap pertama, Partai Hurriyah Wal Adalah dari Ikhwanul Muslimin meraih 36,6 persen disusul Partai An Nur dari Salafi 24,5 persen di selebihnya diperoleh aliansi sekuler seperti Partai Tagammu, Al Wafd dan Partai Buruh.
Di sisi lain, para pemuka agama setempat mengimbau semua masyarakat untuk tidak terpancing dengan upaya provokasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin menggagalkan pemilu.
"Semua pihak hendaknya mawas diri untuk tidak termakan fitnah yang dapat merusak jalannya pemilu dan tatanan masyarakat," kata Syeikh Agung Al Azhar, Prof Dr Ahmed At Tayeb.
Imbauan senada diutarakan Pemimpin Gereja Qoptik, Baba Shenouda III, yang juga mensinyalir bahwa ada kalangan tertentu yang tidak ingin membuat Mesir aman pasca revolusi. Pemilu parlemen ini merupakan yang petama sejak tumbangnya rezim pimpinan Presiden Hosni Mubarak dalam revolusi pada Februari lalu.
Berbagai kalangan sempat mengkhawatirkan jalannya pemilu ini terkait dengan aksi kerusuhan dua pekan menjelang pemilu yang menewaskan 41 orang akibat bentrok antara pengunjuk rasa anti-pemerintah dan aparat keamanan.
Bundaran Tahrir, lambang revolusi di pusat kota Kairo, baru saja dibuka pada Sabtu (12/12) setelah diduduki oleh pemrotes lebih dari sebulan. Pemilu parlemen ini akan dilanjutkan dengan pemilihan presiden yang direncanakan akan digelar pada Juni 2012.