REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Menteri Luar Negeri Prancis, Alain Juppe menyatakan Islam dan demokrasi sangat memungkinkan seiring sejalan dan saling melengkapi. Sebab, selepas Musim Semi Arab, tiga diktaktor berhasil digulingkan dan membuka peluang terciptanya pluralisme politik.
"Bangsa Arab tidak hanya memiliki pilihan yakni diktator dan fundamentalisme," kata Juppe di hadapan ratusan mahasiswa di Universitas Tripoli, seperti dikutip alarabiya.net, Jum'at (15/12).
Juppe mengatakan merupakan harapan dunia barat, utamanya Perancis, untuk menjalin hubungan dengan pemimpin baru pada negara-negara yang mengalami Musim Semi Arab. Tentu saja, hubungan itu memiliki syarat bahwa adanya penghormatan terhadap demokrasi, penolakan terhadap kekerasan, kesimbangan hak antara laki-laki dan perempuan, dan menghormati minoritas.
"Kita tidak bisa menolak orang yang telah begitu lama dikutuk dan dibungkam haknya untuk mengekspresikan pilihan mereka," kata Juppe.
Sebelumnya, Juppe sempat menyatakan bahwa rakyat Libya berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, termasuk membangun demokrasi. Ia pun berjanji, pemerintah Perancis akan aktif membantu Libya keluar dari krisis.