REPUBLIKA.CO.ID, WINA - Iran telah mengundang pengawas nuklir PBB untuk mengunjungi negara tersebut, namun tidak jelas apakah inspektur itu akan memiliki akses ke lokasi tempat aktivitas rahasia terkait senjata nuklir yang dicurigai, kata para diplomat Barat, Selasa (20/12).
"Pemahaman kami dari percakapan kami dengan IAEA adalah bahwa ... Iran telah membuat semacam undangan umum, tetapi tidak ada yang spesifik di sana," kata seorang diplomat untuk lembaga yang berbasis di Wina itu kepada AFP dalam kondisi anonim.
"Kami tidak tahu bagaimana lembaga ini akan menjawab. Bagi kami tampaknya seperti upaya Iran untuk meredakan (kecurigaan) IAEA tanpa benar-benar menawarkan sesuatu yang substantif. "
Seorang diplomat kedua mengatakan tidak jelas apakah surat Iran yang tertanggal 14 Desember itu ditujukan untuk salah satu isu yang diangkat pada bulan November, yaitu tentang laporan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang sangat memukul.
"Saya ragu surat itu berisi tawaran keterlibatan" pada isu-isu tersebut, kata diplomat itu kepada AFP. "Saya sangat skeptis pada itu."
IAEA menerbitkan sebuah laporan pada tanggal 8 November menyatakan "keprihatinan serius" bahwa Republik Islam itu "telah melaksanakan kegiatan yang relevan dengan pengembangan perangkat peledak nuklir ".
Iran, yang telah menjadi subyek dari empat putaran sanksi Dewan Keamanan PBB, menolak laporan itu sebagai "tidak berdasar". Amerika Serikat menyambut fakta bahwa IAEA telah diundang kembali, namun juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland menambahkan, "Kami ingin memastikan bahwa kunjungan ini menyeluruh."
Dia mengatakan para inspektur harus bisa "sampai ke semua tempat yang mereka inginkan, dan mereka dapat mewawancara orang-orang yang mereka ingin temui, serta mereka mendapatkan semua catatan yang mereka butuhkan untuk dikaji, karena ini adalah standar yang kami inginkan untuk diterapkan oleh Iran."
Sepuluh hari setelah laporan itu dipublikasikan dewan IAEA mengesahkan resolusi yang disampaikan oleh semua lima anggota Dewan Keamanan PBB mengutuk Iran.
Duta Besar Iran untuk IAEA, Ali Asghar Soltanieh, dengan marah menyebut sikap itu sebagai "tidak profesional, tidak seimbang, ilegal dan dipolitisir" dan mengatakan itu menempatkan kerjasama masa depan dengan lembaga itu dalam keraguan. Soltanieh tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar.