REPUBLIKA.CO.ID, MADALLA - Serangan bom selama misa Natal menewaskan sedikitnya 35 orang di Nigeria pada Ahad (25/12). Seseorang yang mengaku sebagai juru bicara kelompok muslim garis keras 'Boko Haram' menyatakan pihaknya bertanggung jawab atas pemboman gereja dan kekerasan lainnya. Aksi yang menyulut ketakutan dan amarah di negara Afrika berpenduduk paling padat itu.
Pihak berwenang tampaknya tidak mampu mencegah serangan-serangan, meski militer telah melakukan penumpasan dan menangkap sejumlah anggota Boko Haram. Dalam satu serangan Ahad, pelaku bom bunuh diri berusaha menabrakan konvoi militer di depan sebuah kantor polisi rahasia di kota Damaturu. Aksi bom bunuh diri tersebut menewaskan pelaku dan tiga agen keamanan.
Sementara, pemboman gereja di Abuja menewaskan sedikitnya 30 orang dan menimbulkan kekacauan. Banyak pemuda marah dan mulai melakukan pembakaran. Mereka mengancam akan menyerang sebuah kantor polisi yang lokasinya berdekatan dengan gereja.
Polisi melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan mereka dan menutup sebuah jalan raya utama. Petugas penanganan darurat meminta ambulan lebih banyak. Sementara, petugas penyelamat berusaha mengangkut korban-korban tewas dan cedera.
Serangan-serangan lainnya juga terjadi pada acara perayaan Hari Natal. Ledakan bom terjadi di dekat gereja Injil di kota wilayah tengah, Jos, yang menewaskan seorang polisi. Ledakan lain ditujukan pada sebuah gereja di daerah Gadaka di wilayah timurlaut pada Malam Natal. Tidak ada korban.
Sementara, dua ledakan lain terjadi di kota Damaturu. Itu termasuk pemboman bunuh diri. Keduanya juga terjadi pada Malam Natal.