Selasa 27 Dec 2011 10:29 WIB

Kesal dengan Guru dan Bos, Orang China Lampiaskan lewat 'Perang Bantal'

Perang bantal untuk lampiaskan stres. (ilustrasi)
Foto: Reuters/Pichi Chuang
Perang bantal untuk lampiaskan stres. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI - Gelombang bantal bertuliskan nama bos dan guru memenuhi udara saat ratusan orang China berkumpul di Shanghai untuk mengumbar stres mereka. Mereka melancarkan perang bantal besar-besaran.

Acara tahunan tersebut menandai tahun kelimanya dengan lonjakan minat yang sangat besar dari pekerja muda kantoran dan mahasiswa. Akibatnya, penyelenggara menggelar dua malam acara "perang bantal" sebelum Hari Natal. Panitia merencanakan satu acara lagi pada 30 Desember.

"Sekarang ada banyak pekerja kantoran dan mahasiswa yang menghadapi tekanan sangat berat di tempat kerja dan sekolah. Jadi, kami berharap bisa memberi mereka penyaluran untuk meringankan tekanan mereka sebelum akhir tahun," kata Eleven Wang, pendiri dan otak di balik acara 'Perang Bantal'.

Wang menuturkan orang kadang kala menghadapi tekanan dari bos, guru dan ujian. Jadi, hari ini mereka bisa menjadi 'gila'. Setiap orang boleh menulis di bantal nama mata pelajaran ujian, guru dan bos mereka untuk menikmati serta menyalurkan stress mereka sampai sepuasnya.

"Setelah menyalurkan stress, kita kembali dapat menghadapi hidup sehari-hari kita dengan penuh kenikmatan," katanya.

Perang Bantal

Bantal dibagikan di pintu saat peserta memasuki ruangan. Lalu, emosi mereka disulut oleh konser musik rock.

Banyak orang di ruang acara itu bergoyang dan mengayunkan bantal mereka mengikuti irama musik. Lalu, 'pertempuran' pun dimulai.

Bantal memenuhi udara. Banyak 'petempur' memilih untuk melemparkan dan bukan menggunakan bantal mereka untuk menggebuk lawan. Beberapa peserta yang tak beruntung menerima pukulan bantal bertubi-tubi di kepala mereka. Tapi, kebanyakan peserta malah dengan suka rela terjun dalam 'kekacauan'.

"Saya benar-benar menikmati perkelahian tersebut, tapi teman saya tak berguna. Ia cuma bergabung sebentar saja dan tak bisa melanjutkan. Dia takut dipukuli oleh orang lain," kata Chen Yi (24 tahun). "Saya kira itu sangat bermanfaat. Saya cuma bekerja terlalu banyak (di kantor saya) dan tak pernah beristirahat serta selalu berkeringat. Jadi, saya merasa nyaman."

Mereka menikmati pengalaman itu. Meskipun, mereka akhirnya menjadi orang yang diserang dan bukan penyerang.

"Saya tak tahu siapa yang mendorong saya. Tapi, tiba-tiba saya berada di tumpukan bantal dan menjadi sasaran banyak orang. Saya dipukuli bantal oleh segala macam orang," kata mahasiswa yang bernama Zhu Shishan.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement