REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON- Pentagon, Rabu (28/12), memperingatkan Iran agar tak melakukan upaya untuk menutup Selat Hormuz, salah satu jalur minyak paling penting di dunia.
"Ini bukan cuma masalah penting bagi keamanan dan kestabilan di wilayah tersebut, tapi adalah urat nadi perekonomian bagi negara di Teluk, termasuk Iran," kata pejabat pers Pentagon George Little. "Campur-tangan dalam persinggahan atau jalur kapal melewati Selat Hormuz takkan ditoleransi."
Pernyataan itu dikeluarkan setelah para pejabat senior Iran mengancam akan menutup jalur penting pengiriman minyak tersebut. Wakil I Presiden Iran Mohammad-Reza Rahimi, Selasa (27/12), mengatakan Iran akan menutup Selat Hormuz jika ekspor minyaknya dikenakan sanksi oleh Barat.
Sekali lagi, Panglima Angkatan Laut Iran Laksamana Muda Habibollah Sayyari, Rabu, mengatakan pasukan laut negeri tersebut dapat siap menghentikan jalur pengiriman minyak jika diperlukan.
Di dalam pernyataan terpisah, Armada Kelima AS, yang berpusat di Bahrain, Rabu, menyatakan, "Siapa saja yang mengancam untuk mengganggu kebebasan pelayaran di satu selat internasional jelas berada di luar masyarakat bangsa; setiap gangguan takkan ditoleransi."
Ketegangan meningkat saat Angkatan Laut Iran melancarkan pelatihan laut besar-besaran selama 10 hari di perairan internasional pada Sabtu (24/12). Pelatihan angkatan laut itu, yang diberi nama sandi Velayat 90, mencakup daerah seluas 2.000 kilometer dari bagian timur Selat Hormuz di Teluk sampai ke Teluk Aden.
Kendati ada ancaman Iran, Little mengatakan Pentagon tak tahu "mengenai tindakan bermusuhan yang agresif yang ditujukan kepada kapal AS di Teluk atau Selat Hormuz."
Ketegangan antara Iran dan Barat telah meningkat sejak Oktober tahun ini, ketika AS menuduh Iran mendukung rencana pembunuhan terhadap duta besar Arab Saudi untuk Washington.
Segera setelah itu, sesudah Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengatakan laporan mengenai program nuklir Iran, AS, Inggris dan Kanada mengumumkan sanksi baru atas Iran.
Pada 29 November, pemrotes Iran yang marah menyerbu kedutaan besar Inggris di ibu kota Iran, Teheran, sehingga beberapa negara Eropa --termasuk Inggris, Jerman, Prancis dan Belanda-- menarik duta besar mereka.
Negara tertentu Barat juga telah menyatakan mereka sedang mempertimbangkan sanksi terhadap Bank Sentral Iran, dan ekspor minyak mentah Iran.