Sabtu 31 Dec 2011 04:04 WIB

Ritual Chhaupadi, Ritual Menstruasi yang Belenggu Wanita Nepal (1)

Rep: Agung Sasongko/ Red: Didi Purwadi
Ritual Chhaupadi
Foto: www.acelebrationofwomen.org
Ritual Chhaupadi

REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU - Saraswati Biswokarna tengah duduk santai. Tidak jelas rupa perempuan itu lantaran bangunan reyot dan kumuh tempat ia berada tidak memperkenankan sinar matahari menyapa. Yang terlihat justru lembaran katun usang dan tempat tidur dari jerami.

Tak lama, perempuan itu beranjak menuju tempatnya beristirahat. Ia bersandar lalu secara perlahan merebahkan badan dengan lutut menyentuh dada. Ia pun menggigil. Yang aneh, saat itu cuaca tengah teriknya. Sebab, waktu menunjukan tengah hari.

Sewajarnya, Saraswati melakukan aktivitas semisal menyiapkan makan siang. Namun, ia tidak menunjukan gelagat untuk melakukan sesuatu. Dan yang mengejutkan, ia seperti itu selama sepekan terakhir.

Rupanya remaja berusia 13 tahun itu tengah menjalani hukuman. Oleh keluarganya, ia tidak diperkenankan untuk beraktivitas. "Aku sudah delapan hari berada di sini. Satu hari lagi aku keluar," ungkap dia seperti dikutip alarabiya.net, Jum'at (30/12).

Hukuman yang diberlakukan pada Saraswati merupakan bagian dari ritual Hindu, Chaupaddi, yang selama berabad-abad dijalankan masyarakat Nepal. Pekan lalu, Saraswati mengalami haid pertama. Sebuah pertanda bahwa perempuan itu telah beranjak dewasa.

Sesuai tradisi Hindu, Saraswati tidak diperkenankan berinteraksi bersama keluarga sebelum fase menstruasi selesai. Ia kembali mengalami ritual itu saat melahirkan anak pertamanya.

"Aku tidak diizinkan untuk berinteraksi dengan apapun termasuk ternak milik keluargaku. Aku tinggal di gudang, aku hanya diminta berdiam saja. Untuk makan, ibuku lah yang mengantarnya," ungkap dia.

Selama berada dalam pengasingan, Saraswati tidak pula diperkenankan untuk mengkonsumsi susu dan mandi. Ia pun dilarang untuk melihat cermin.

Pengalaman serupa juga dialami Chandrakala Nepali (17 tahun). Ia sudah menjalani ritual selama lima hari. Selama ritual, orang tuanya tidak ada di rumah. Mereka diketahui berada di Mumbai untuk mencari pekerjaan. Candrakala hanya ditemani empat orang adiknya.

"Aku boleh diizinkan keluar tetapi sebatas mencari kayu bakar. Jujur aku merasa takut sendiri, khawatir ada ular dan serangga yang masuk," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement