REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Utara, Ahad (1/1) mendesak rakyatnya membela sampai mati pemimpin baru Kim Jong-Un dan berikrar akan melakukan segala usaha bagi kesejahteraan, dalam tajuk rencana Tahun Baru media pemerintah mengutarakan tujuan kebijakan negara itu.
"Seluruh partai, seluruh militer dan seluruh rakyat harus memiliki satu keyakinan kuat bahwa mereka akan menjadi benteng manusia dan perisai manusia dalam membela sampai mati Kim Jong-Un, dan mematuhi partai besar untuk selamanya," kata surat kabar itu.
Jong-Un, yang berusia 20 tahunan, diumumkan sebagai "pengganti besar" setelah ayahnya meninggal 17 Desember. Pada Sabtu Korut mengumumkan dia secara resmi diangkat menjadi panglima tertinggi militer yang berkekuatan 1,2 juta personil , terbesar ke empat dunia.
Presiden China Hu Jintao, yang negaranya adalah sekutu utama dan pendukung ekonomi Korut, mengirim ucapan selamat yang hangat kepada Jong-Un" atas pengangkatannya sebagai pemimpin tertinggi militer, kata kantor berita resmi Korut KCNA.
Korut, yang para pejabatnya secara terbuka berada di belakang pemimpin baru itu, memperingatkan dunia jangan mengharapkan ada perubahan-perubahan kebijakan dan mengancam Korea Selatan karena tidak menghormati masa berkabung 13 hari atas meninggalnya Kim Jong Il.
Tajuk rencana Ahad itu berikrar akan "mengkonsolidasikan" angkatan bersenjata dan mendesak Amerika Seriat menarik 28.500 tentaranya dari Korea Selatan. Tetapi mengatakan Pyongyang akan "membangun hubungan persahabatan dengan negara-negara yang menghormati kedaulatan negara kami".
Tajuk rencana yang dipublikasikan surat kabar partai komunis yang berkuasa Rodong Sinmun dan koran-koran lainnya itu, menegaskan peran partai itu, yang dikesampingkan oleh Kim senior yang lebih mengutamakan militer.
"Untuk mencapai kemenangan dalam menggerakan kemajuan tahun ini perlu memperkuat partai itu dan meningkatkan peran para pemimpinnya secara maksimum," katanya.
Negara miskin itu telah menetapkan tujuan itu menjadi satu negara yang "kuat dan sejahtera" tahun ini. 15 April merupakan ulang tahun ke-100 lahirnya almarhum presiden Kim Il Sung yang juga pendiri negara itu, kakek dari pemimpin sekarang.
"Tahun ini adalah tahun di mana rencana Kim Jong-Il untuk mencapai kesejahteraan akan membuahkan satu hasil yang cemerlang," kata tajuk rencana itu dan menyerukan dilakukan "segala usaha untuk melaksanakan strategi besar partai bagi tercapainya kesejahteraan".
Korut menyatakan kesediaannya untuk kembali pada perundingan enam negara mengenai perlucutan senjata nuklir tetapi AS mengatakan Korut harus terlebih dulu melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan ketulusannya.
Tajuk rencana itu mengecam kembali pemerintah konservatif Korsel, dengan mengatakan "para pengkianat" tidak menghormati masa berkabung bagi Kim.
Seoul menyatakan simpati kepada rakyat Korut tetapi tidak pada rezimnya dan mengizinkan hanya dua delegasi swasta mengunjungi Pyongyang. Ekonomi Korut mengalami krisis tahun 2010 untuk tahun kedua scara berturut-turut, kata bank sentral Korsel. Pabrik-pabrik kekurangan listrik yang serius dan bahan-bahan mentah.
Di luar kota Pyongyang, jutaan orang setiap hari berjuang hanya untuk mencari makanan bagi mereka sendiri dan keluarga mereka. Kekurangan pangan yang mulai terjadi pertengahan tahun 1990-an menewaskan ratusan ribu orang.