REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Pemerintah Korea Utara menyampaikan pesan Tahun Baru 2012 kepada rakyatnya untuk memuliakan pemimpin baru mereka Kim Jong-Un. Pada tahun 2012 yang disebutnya sebagai Tahun Kemenangan dan Kemakmuran, Korut menyerukan rakyatnya harus rela mati demi Kim Jong-Un.
''Seluruh tentara dan semua rakyat harus memiliki keyakinan bahwa mereka akan menjadi benteng manusia dan perisai manusia dalam mempertahankan Kim Jong-Un sampai mati. Mereka harus siap mengikuti pesta besar untuk selama-lamanya,'' bunyi pesan Tahun Baru 2012 yang dirilis kantor berita pemerintah KCNA pada Ahad (1/1).
Pesan tersebut dirilis sehari setelah Kim Jong-Un secara resmi diangkat sebagai panglima tertinggi militer Korea Utara. Lewat pesan Tahun Baru 2012, Korea Utara tidak hanya berjanji akan mengkonsolidasi kekuatan angkatan perangnya. Mereka juga mendesak Amerika Serikat menarik 28.500 tentaranya keluar dari Korea Selatan.
''Pyongyang akan berusaha untuk mengembangkan hubungan persahabatan dengan negara-negara yang menghormati kedaulatan negara kami,'' tulis pesan lainnya.
Isi pesan tahun baru itu juga mengkritik pemerintah Korea Selatan yang tidak hormat dengan tidak ikut berkabung atas wafatnya Kim Jong-il. Atas sikapnya tersebut, Korea Selatan dijuluki Korea Utara sebagai 'pengkhianat'.
Seoul menyatakan simpati kepada rakyat Korea Utara, tetapi tidak kepada rezim. Korea Selatan pun hanya memperbolehkan dua delegasi dari kalangan swasta berkunjung ke Pyongyang untuk turut berkabung atas meninggalnya Kim Jong-il.
Sementara, Harry Fawcett dari Al Jazeera melaporkan reaksi Seoul atas pesan Tahun Baru negara tetangganya tersebut. ''Belum ada reaksi resmi dari Korea Selatan. Presiden Lee Myung-bak rencananya baru akan membacakan pidatonya pada Senin (2/1).''
Namun, Fawcett mengatakan ada sumber anonim yang dikutip sejumlah media lokal. Sumber tersebut menyatakan Korea Selatan menilai pesan tahun baru Korea Utara tidak membawa kedamaian. Pesan Korea Utara menunjukkan tidak ada kesediaan mereka untuk berbicara.