REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dua orang Inggris ditahan di ibu kota Afghanistan atas kepemilikan puluhan senapan serbu AK-47 dengan nomor seri terhapus, kata pejabat pemerintah pada Selasa.
"Dua warga Inggris bersama dua rekan Afghanistan mereka, sopir dan penerjemah, ditahan akibat membawa 30 AK. Nomor pendaftaran senjata itu telah dihapus," kata pejabat itu kepada kantor berita Prancis AFP, yang minta namanya dirahasiakan karena tidak berwenang berbicara kepada media.
Kepala polisi Kabul Mohammad Ayoub Salangi memastikan bahwa empat orang ditahan saat membawa senjata. Ia tidak mau mengungkapkan kebangsaan mereka dan menyatakan perkaranya sedang diselidiki.
Pejabat pemerintah, yang berbicara kepada AFP, menyatakan orang Inggris itu ditangkap di daerah Kabul, tempat pasukan asing memiliki pangkalan dan sarana.
Kedutaan Inggris menyatakan mengetahui laporan bahwa warga negaranya mungkin ditahan di Kabul.
"Pejabat konsuler kami di Kabul berhubungan dengan kepolisian terkait untuk mencari keterangan lebih lanjut," kata juru bicara AFP.
Afghanistan adalah tempat ribuan anggota keamanan swasta asing, yang menyediakan layanan untuk pasukan asing, diplomatik dan badan bantuan.
Laporan kongres Amerika Serikat pada tahun lalu menemukan bahwa jumlah angggota keamanan swasta bekerja untuk tentara Amerika Serikat di Afghanistan meningkat menjadi 18.919 pada akhir 2010, tingkat tertinggi digunakan Amerika Serikat dalam perang.
Sekitar 95 persen dari mereka adalah orang Afghanistan, tambahnya.
Tapi, hubungan dengan pemerintah memburuk. Presiden Hamid Karzai menuduh perusahaan itu melanggar hukum dan merebut usaha dari warga Afghanistan.
Prasangka bahwa yang bekerja untuk perusahaan keamanan sedikit lebih dari tentara bayaran, menyerbu pedesaan dengan pembiaran, membuat mereka sangat tidak disukai di kalangan warga Afghanistan.
Sejumlah 46 tentara Inggris tewas di Afghanistan dalam 2011, menjadikan jumlah korban keseluruhan menjadi 394 orang sejak perang dimulai dengan serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.
Pemerintah Inggris ingin semua tentaranya keluar dari peran tempur di Afghanistan dalam waktu tiga tahun, pada akhir 2014.
Sejumlah 9.500 tentara ditempatkan Inggris di Afghanistan di sabuk tengah propinsi bergolak selatan, tempat mereka memerangi gerilyawan Taliban dan melatih pasukan keamanan setempat.
Tahun lalu adalah yang keempat terburuk bagi kematian pasukan Inggris di Afghanistan, namun jumlah korban berkurang dari setengahnya pada 2010, ketika 103 orang tewas.
Sekitar 108 serdadu kehilangan nyawa mereka pada 2009, sementara 51 tewas pada 2008.
Inggris adalah penyumbang terbesar kedua kepada Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutan pertahanan Atlantik utara NATO setelah Amerika Serikat.
Inggris bermaksud menarik semua pasukan tempur pada 2015, dimulai dengan 500 tentara pada 2012.
Perdana Menteri Inggris David Cameron menyatakan lagi akan menarik tentaranya pada 2013 untuk menghindari tarikan keluar tajam pada tanggal penarikan terakhir.
"Saya tidak ingin melihat seberapa besar tantangan pada 2014. Saya berpikir yang praktis saja," katanya dalam kunjungan ke Afghanistan pada Desember.
"Saya benar-benar paham bahwa rakyat Inggris layak mengetahui titik akhir keterlibatan kami di Afghanistan dan titik akhir pada 2014," katanya.