REPUBLIKA.CO.ID,NAIROBI -- Ternyata tak ada yang namanya pembunuhan massal di Sudan Selatan seperti yang diberitakan sejumlah media asing. Pernyataan ini dikemukakan pejabat PBB di Sudan Selatan. Hilde Johnson, wakil khusus PBB di Sudan menegaskan 'tidak ada bukti' pembunuhan massal. ''Paling utama di daerah ini ada sekitar 60 ribu orang membutuhkan makanan dan bantuan,'' ujarnya.
Johnson mengatakan laporan yang menyatakan bahwa lebih dari 3.000 orang tewas pekan lalu adalah tidak benar. Apalagi kabar yang menyebutkan adanya ribuan pemuda bersenjata menyerang daerah Pibor, negara bagian Jonglei. ''Kami tidak menemukan bukti yang mendukung tentang jumlah itu," katanya. Johnson beberapa hari ini mengunjungi daerah-daerah di mana dikabarkan 8.000 pemuda bersenjata mengamuk membakar rumah-rumah dan memaksa ribuan orang lari ke luar wilayah tersebut.
Penyerangan yang dilakukan para pemuda itu menurut Johnson adalah benar. Penyerangan ini dipicu dari perang antarsuku dimana suku Lou Nuer pekan lalu bergerak ke Pibor, tempat tinggal suku Murle musuhnya.
''Para pemuda ini memang menyerang dan merampas ternak serta membakar rumah-rumah penduduk,'' katanya.
Sebelumnya seperti dilansir sejumlah media, Koordinator kemanusiaan PBB untuk Sudan Selatan, Lise Grande, mengatakan "puluhan, mungkin ratusan ribu" orang tewas dalam aksi kekerasan terbaru di Sudan Selatan.
Johnson menegaskan bahwa pasukan perdamaian PBB menjamin dan melindungi para warga sipil di dua permukiman terbesar di negara itu, yaitu kota Pibor dan Lekongele.