REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Gerakan Islam Hamas pada Ahad (8/1) membantah laporan-laporan media sebelumnya bahwa Hamas bermaksud akan memindahkan bironya dari Damaskus ke Tunis. "Laporan-laporan ini tidak benar dan mengherankan," kata Fawzi Barhoum, juru bicara Hamas di Gaza.
"Hamas dan kepemimpinannya masih memiliki biro dan semua lembaganya di Damaskus serta sama sekali tidak membahas untuk dipindahkan."
Harian Arab Saudi al-Sharq el-Awsat yang berpusat di London pada Ahad mengutip sumber-sumber Tunisia yang mengatakan bahwa Hamas berniat untuk memindahkan bironya dari Damaskus ke Tunis jika situasi di Suriah memburuk.
Menurut laporan itu, perkembangan ini terjadi setelah kunjungan Ismail Haneya, perdana menteri pemerintahan Hamas terguling yang memerintah Jalur Gaza, ke Tunis, di mana dia mengadakan pembicaraan dengan para pejabat dan pemimpin Tunisia.
Kunjungan-kunjungan delegasi gerakan itu ke negara-negara Arab "hanya bertujuan untuk menjelaskan perlawanan Palestina dan tidak untuk mengupayakan pemindahan biro ke ibu kota negara mereka,"kata Barhoum.
Beberapa laporan media sebelumnya mengatakan bahwa pemimpin Hamas dan para anggota serta keluarga mereka telah mulai meninggalkan Damaskus.
Sebagian besar pemimpin Hamas telah berbasis di Damaskus selama lebih dari sepuluh tahun, dimana rakyat Suriah memprotes rezim Suriah Bashar al-Assad sejak awal 2011.