REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA-Para analis menilai kenaikan harga minyak naik di perdagangan Asia, Selasa (10/1) dipicu data konsumen Amerika Serikat dan kekhawatiran terhadap program nuklir Iran.
Kontrak utama New York, untuk minyak mentah ringan West Texas Itermediate (WTI) pengiriman Februari naik 28 sen ke posisi 101,59 dolar AS per barel.Minyak mentah Brent North Sea penyerahan Februari naik 15 sen menjadi 112,60 dolar.
"Data ekonomi konsumen AS menunjukkan kenaikan terbesarnya dalam satu dasawarsa, menandakan meningkatnya kepercayaan konsumen dalam pemulihan ekonomi," kata Nick Trevethan, ahli strategi komoditas senior pada ANZ Research sebagaimana dilansir AFP.
Data yang diterbitkan Washington, Senin (9/1) kemarin, menunjukkan kenaikan 9,9 persen dalam kredit konsumen pada November, kenaikan terbesar sejak 2001.Pembiayaan kartu kredit naik 8,5 persen, sementara pinjaman "non-revolving", termasuk pinjaman pembiayaan kendaraan dan perkuliahan mencatat kenaikan 107 persen.
Meningkatnya kepercayaan bahwa pemulihan di ekonomi terbesar dunia dan konsumen minyak utama menunjukkan adanya tanda-tanda penguatan, dalam beberapa hari mendatang setelah turunnya angka pengangguran dan kenaikan yang lebih tinggi dari pada perkiraan dalam penciptaan lapangan kerja.
Badan Tenaga Atom PBB menyatakan bahwa Teheran telah memulai pengayaan uranium dalam sebuah bunker pegunungan, yang menimbulkan kecurigaan bahwa Iran menginginkan membangun senjata nuklir.
"Hubungan eksternal Iran dapat berpengaruh pada pasar minyak hingga tidak sekedar blokade perdagangan," kata Barclays Capital dalam sebuah komentarnya.