REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyatakan pihaknya ingin melihat pertemuan langsung saat ini antara Palestina dan Israel berkembang jadi usul nyata dan "penyelesaian sesungguhnya".
Juru bicara kementerian Victoria Nuland menjelaskan posisi Amerika saat perunding Palestina dan Israelbertemu lagi pada Senin (9/1) di Amman --ibu kota Jordania, pertemuan kedua mereka dalam satu pekan.
"Harapan kami dan usul Kuartet Timur Tengah yang diajukan pada September berbicara tentang pertemuan tatap muka, yang akan mengarah kepada diajukannya usul nyata mengenai keamanan dan wilayah, dan kerja sama sebagai langkah awal menuju usaha yang lebih luas dan menyeluruh dalam penyelesaian perdamaian," kata Victoria pada konferensi pers rutin.
"Jadi, jelas kami mengharapkan fakta bahwa mereka berbicara dapat mengarah kepada usul nyata dan peneyelesaian nyata," dia menambahkan.
Kuartet Timur Tengah --yang terdiri atas AS, Uni Eropa, PBB dan Rusia-- mengusulkan agar pihak yang hadir pada pertemuan September memberikan usul yang menyeluruh mengenai persoalan wilayah dan keamanan dalam tiga bulan, kemudian membuat kemajuan besar dalam enam bulan, dan mencapai perjanjian secara menyeluruh pada akhir 2012.
Utusan Kuartet Timur Tengah mengadakan tiga pertemuan terpisah dengan kedua pihak di Jerusalem dari Oktober sampai Desember namun gagal membuat terobosan. Jordania --negara yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel seperti Mesir-- memprakarasi pertemuan langsung pertama antara perunding Palestina Saeb Erakat dan timpalannya dari Israel, Yitzhak Molcho, pada 3 Januari.
Kerajaan Jordania mengatakan akan menjadi tuan rumah serangkaian pertemuan di wilayahnya dalam upaya menghidupkan kembali proses perdamaian yang mandek. Nuland mengatakan perundingan itu tidak seperti pertemuan sebelumnya, kedua pihak terkait bertemu langsung di Amman tanpa kehadiran Kuartet Timur Tengah.
"Seperti yang kami katakan pada pekan lalu, kami menyadari ini sebuah langkah positif mereka untuk maju dan memulai pembicaraan satu sama lain, karena jelas hanya dengan saling berbicara maka berbagai masalah yang selama ini menerpa dapat terselesaikan," kata dia.
Amerika Serikat mengupayakan Israel dan Palestina duduk semeja untuk perundingan langsung di Washington pada September 2010. Namun pembicaraan gagal dilakukan beberapa pekan kemudian karena Israel menolak untuk memperpanjang penghentian pembangunan permukiman di Tepi Barat Sungai Jordan.