REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Setelah sang suami secara bersejarah memenangkan pemilu presiden AS, 2008 lalu, Michelle Obama malah ingin tetap tinggal di Chicago dengan kedua putrinya dan tidak pindah ke Gedung Putih. Kisah itu terungkap dalam "The Obamas" sebuah buku baru yang ditulis oleh koresponden New York Times, Jodi Kantor.
Buku itu dilempar ke toko buku pada Selasa (10/1). Penuturan di dalamnya menggambarkan Michele sebagai 'sendiri, ketakutan dan tak yakin apa yang harus dilakukan nanti" pada hari-hari pertamanya.
Ia cemas anak-anaknya akan berpapasan dengan turis Gedung Putih saat sedang bermain-main. Michelle sudah menyadari betul betapa tangguh dan sukarnya hidup di 1600 Pennsylvania Avenue
"Kadang bisa menjadi sulit hidup di dalam lingkungan yang disebut gelembung,' ujarnya menurut buku tersebut.
Dunia memang melihatnya dalam sebuah lawatan ke London pada April 2009 ketika ia berkunjung bersama anak gadisnya--tidak ada yang diluar keistimewaan.
"Semua mata memandang kami, kami harus menjadi terbaik yang kami bisa," ujarnya
Pada awal-awal hari, tekanan baik untuk menjadi sempurna dan terlihat sempurna selalu ada. "Setiap orang melihat dan menunggu bagaimana seorang wanita kulit hitam membuat kesalahan," ujar seorang penasehat kepada Kantor.
Namun Michele telah melalui kegelisahan lebih besar dari itu, bagaimana melawan obesitas saat kecil dan menjadi pembela sang suami dalam upaya memuluskan UU reformasi kesehatan.
Obama juga ikut memeriksa apa yang ia pakai, menyadari bahwa 'apa pun yang ia kenakan dan ia bawa memiliki arti," tulis Kantor. Fesyen sang istri pun bagian dari strategi, kapan ia harus mengenakan kombinasi mewah di malam hari dan kostum sesuai yang dibeli di toko-toko ritel di hari-hari biasa.
Semua itu berakhir pada satu hal, ujar mantan ajudannya, Obama tidak hanya menerima tetapi mencintai peran sang istri sebagai ibu negara.
"Saya pikir sangat alami bila ada periode transisi di mana Michelle dan keluarganya beralih dari keluarga privat di Chicago menjadi keluarga nomor satu di Amerika Serikat," ujar mantan direktur deputi komunikasi Gedung Putih, Jen Psaki kepada ABC.