REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kementerian Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris merilis pernyataan yang mengutuk pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, Rabu (11/1). Selain itu, pihak pemerintah juga mendesak ada solusi untuk memecahkan persoalan dalam program nuklir di Iran.
"Kami mengutuk pembunuhan warga sipil dan kami menginginkan adanya sebuah solusi melalui negosiasi terkait program nuklir Iran," tulis pernyataan singkat kementerian itu dalam laman Xinhua-OANA yang dilansir Antara, Kamis (12/1).
Media setempat sebelumnya melaporkan bahwa Mostafa Ahmadi-Roshan, seorang warga negara Iran, tewas akibat serangan bom mobil di Jalan Gol Nabi, dekat Ketabi Square, yang berlokasi di utara Teheran, Rabu pagi. Korban berusia 32 tahun itu adalah wakil kepala situs pengayaan uranium komersial Natanz, kata kantor berita resmi Iran, IRNA.
Sementara kantor berita Fars melaporkan bahwa penyerang mengendarai sepeda motor dan menaruh bom di tepi mobil Ahmadi-Roshan, yang mengakibatkan tewasnya Ahmadi-Roshan dan supirnya tewas. Beberapa laporan sebelumnya mengidentifikasi Ahmadi-Roshan sebagai pengajar di universitas, sementara Fars menyebut ia sebagai ilmuwan nuklir.
Masih belum diketahui apakah Ahmadi-Roshan terlibat secara langsung dengan program nuklir Iran. Beberapa ilmuwan nuklir Iran memang sering menjadi korban pembunuhan dalam beberapa tahun terakhir. Pada Januari 2007, ahli fisika nuklir Iran terkenal, Ardeshir Hoseynpur, meninggal akibat keracunan gas. Iran menuduh dinas intelijen Israel terlibat dalam insiden itu.
Hoseynpur, yang merupakan tokoh utama dalam program pengayaan uranium Iran, memenangkan penghargaan penting terkait penelitiannya pada 2004 dan sebuah penghargaan dalam festival ilmu pengetahuan internasional Iran pada 2006. Pada Juni 2009, ahli nuklir Iran lainnya, Shahram Amiri, anggota Organisasi Energi Atom Iran dan peneliti di sebuah universitas di Teheran, menghilang ketika melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi.
Iran bersikeras bahwa Amiri diculik oleh agen Amerika Serikat dan mereka dengan tegas mengutuk pemerintah AS atas aksi itu. Setelah hilang selama lebih dari setahun, Amiri kembali ke Teheran pada Juli 2010 atas upaya terus menerus yang dilakukan pemerintah Iran.