REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Rusia mendesak Iran dan negara-negara Barat untuk menahan diri dari pernyataan dan tindakan yang dapat memperburuk situasi di Selat Hormuz, kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov.
"Sejauh pernyataan-pernyataan seperti kemungkinan menutup selat oleh Iran] jelas memprihatinkan, saya harus mengatakan bahwa Selat Hormuz memiliki status internasional dan navigasi di dalamnya harus bebas.
Tapi kami sama-sama mengakui hak pihak Iran untuk memastikan keamanan sendiri. Hak ini mencakup hak untuk melakukan latihan yang diperlukan," kata Ryabkov pada Rabu.
"Kami percaya bahwa Iran dan semua anggota masyarakat internasional dalam situasi yang mengkhawatirkan, harus menahan diri dari pernyataan-pernyataan, tinggalkan tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan eskalasi konfrontasi lebih lanjut. Ini adalah kecenderungan yang sangat berbahaya dan setiap orang harus menunjukkan pengendalian maksimum," katanya.
Sementara itu Luar Negeri Amerika Serikat Ny. Hillary Clinton berpendapat, ancaman penutupan Selat Hormuz yang sempat dilontarkan Iran sangat berbahaya dan provokatif.
"Ancaman penutupan Selat Hormuz sangat berbahaya, sangat penting bagi kita semua untuk berdialog dengan Iran untuk memberitahu negara itu akan adanya ancaman," kata Ny.Clinton, seperti dikutip Telegraph, Kamis.
Ancaman penutupan Selat Hormuz dilontarkan Iran pekan lalu. Angkatan Laut menggelar latihan perang besar di perairan yang luas mencakup sekitar Hormuz.
Angkatan Laut AS menegaskan, bila jalur pasokan migas dunia itu diblokir, mereka akan mengambil tindakan.
Pejabat militer AS juga mengatakan, Iran memang sanggup untuk memblokir Selat Hormuz, namun pemblokiran itu tidak akan memakan waktu lama karena AS masih sanggup mengalahkan Iran.
Hingga saat ini, ketegangan hubungan AS dan Iran kian mengalami eskalasi. AS berniat untuk menggelar latihan militer besar dengan Israel, sementara itu Iran juga akan menggelar latihan di dekat Selat Hormuz untuk kedua kalinya pada Februari mendatang.