REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Majelis Islam Iran, Mohamad Karami Rad, menuding PBB dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah menyerahkan identitas para ilmuwan Iran ke dinas-dinas intelijen negara lain. Seperti dikutip Iran Indonesian Radio, Karami Rad menuntut pejabat PBB dan IAEA harus menindak serius masalah itu sesuai dengan tanggung jawab mereka.
"Meskipun adanya propaganda dan konspirasi rezim Zionis Israel dan Amerika Serikat untuk meneror para pakar dan mencegah Iran untuk mengembangkan teknologi nuklir damai, namun Teheran tetap bertekad memperoleh hak-hak legalnya," tegas Karami Rad kepada televisi al-Alam pada Kamis (12/1) waktu setempat.
Komentar Karami Rad terkait kasus teror Mostafa Ahmadi Roshan. Pada Rabu pagi, seorang pengendara sepeda motor tak dikenal memasang bom magnet di mobil Ahmadi Roshan di dekat Universitas Allameh Tabatabaei Tehran. Dia meninggal seketika, sementara sopirnya menderita luka-luka dan menghembuskan nafas terakhir beberapa jam kemudian di rumah sakit.
Ledakan itu juga mengakibatkan dua orang lainnya yang berada di dekat lokasi kejadian mengalami luka. Ahmadi Roshan adalah lulusan teknik kimia di Universitas Teknologi Sharif dan menjabat sebagai wakil direktur pengawasan di fasilitas nuklir Natanz.
Karami Rad menandaskan Israel dan Amerika perlu mengetahui bahwa Republik Islam Iran bertekad mendapatkan hak-hak bangsanya. Kekuatan-kekuatan Barat yang mendeklarasikan diri sebagai pembela HAM itu memilih sikap diam yang memalukan dalam insiden tersebut. "Konspirasi musuh dalam membunuh para ilmuwan justru akan membuat kami lebih bersemangat," tukasnya.