REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Salah satu pemasok minyak terbesar ke AS mungkin akan menghentikan kran impornya akhir pekan ini. Hal tersebut dipastikan akan mendorong naiknya harga minyak mentah dan bahan bakar di negara tersebut.
Nigeria, yang memasok delapan persen dari impor minyak AS bisa saja menghentikan produksinya jika mogok kerja di negaranya terus terjadi. Rakyat Nigeria menuntut dikembalikannya subsidi bahan bakar minyak (BBM) di negara tersebut.
Tidak jelas berapa banyak produksi minyak Nigeria yang akan terpengaruh. Skenario terburuk, 2,4 juta barel produksi minyak mentah per hari bisa saja terganggu.
Aksi mogok tersebut mampu memicu harga minyak global hingga lima sampai 10 dolar AS per barel di pasar berjangka pekan depan. Hal tersebut akan diikuti kenaikan harga bensin sebanyak 10 sen per galon dan memaksa pengendara di AS menghabiskan tambahan 36 juta dolar per hari untuk bahan bakar.
Harga BBM saat ini 3,39 dolar per galon (89 sen perliter) setelah naik 11 sen pada awal tahun ini. Para ahli memprediksi harga rata-rata nasional bisa naik hingga 4,25 dolar per galon (1,12 dolar per liter).
Pemerintah Nigeria telah menawarkan jumlah subsidi sementara yang lebih kecil dan telah merencanakan akan bertemu dengan para pemimpin serikat buruh. Para demonstran mengancam akan menghentikan produksi jika mereka tidak mendapatkan subsidi penuh sebesar delapan miliar dolar.
Gangguan ini akan memiliki dampak jangka panjang pada ekonomi Nigeria. Presiden Serikat Pekerja, Babatunde Ogun, mengatakan butuh waktu enam bulan hingga satu tahun untuk memulai kembali ladang minyak begitu ditutup. "Jika semua ladang minyak ditutup, pemerintah akan mengalah," kata Ogun kepada wartawan pekan ini di Lagos.
Ancaman untuk mematikan produksi minyak adalah langkah terbaru yang diambil demonstran setelah sepekan penuh diwarnai aksi kekerasan dan bentrok di seluruh negeri. Pemogokan dimulai pada Senin (9/1), untuk menentang keputusan Presiden Goodluck Jonathan menghapuskan subsidi bahan bakar.
Analis dari Oppenheimer & Co, Fadel Gheit, berharap kepala dingin akan menang. Sulit untuk memprediksi seberapa efektif pemogokan pekerja minyak ini. Besar kemungkinan, perusahaan minyak yang beroperasi di wilayah tersebut akan menutup platform minyaknya dan menunggu konflik mereda. Perusahaan minyak tersebut, antara lain Royal Shell Belanda, Exxon Mobil Corp, Chevron Corp, Total SA dan Eni SPA.