Selasa 17 Jan 2012 13:40 WIB

Obat Malaria Palsu Cina Ancam Jutaan Warga Afrika

Rep: Amri Amrullah/ Red: Didi Purwadi
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi).
Foto: AP
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  CAPE TOWN - Sungguh kasihan warga di beberapa negara Afrika. Beberapa negara Afrika yang berniat memberantas penyakit malaria itu malah direpotkan dengan ancaman obat palsu yang mengancam jutaan nyawa warganya. Hal itu dikarenakan beredarnya obat malaria palsu asal Cina di beberapa negara Afrika.

Para ilmuwan mengatakan apabila obat anti malaria palsu ini tidak dapat ditarik, maka akan mengancam upaya pemerintah negara-negara Afrika mengendalikan malaria. Karena, menurut studi yang diprakarsai oleh Wellcome Trust, obat tersebut akan meningkatkan resistensi parasit malaria terhadap obat malaria asli.

Peneliti utama dalam studi ini, Dr Paul Newton, menyerukan tindakan mendesak dari pemerintah Afrika untuk melarang obat anti malaria palsu ini. "Kegagalan pemerintah Afrika mengambil tindakan akan menempatkan resiko jutaan nyawa penduduk Afrika, terutama anak-anak dan wanita hamil," katanya dalam laman bbc, Selasa (17/1).

Para peneliti yang tergabung dari Wellcome Trust, Rumah Sakit Mahosot dan Fakultas Kedokteran Universitas Oxford, yang berkolaborasi dalam riset pengobatan penyakit tropis ini telah menerbitkan karya dalam Jurnal Malaria. Mereka berhasil menemukan beredarnya obat anti malaria palsu yang telah dijual di 11 negara Afrika antara 2002 sampai 2010.

Mereka menemukan beberapa obat palsu tersebut berisi campuran bahan farmasi yang salah. Efek awalnya memang mengurangi gejala malaria, tetapi tidak akan pernah menyembuhkannya.

Bahkan, beberapa bahan dalam tablet tersebut dapat menyebabkan efek samping yang serius. Para penelitian juga menemukan, apabila obat ini dicampur dengan obat lain, seperti anti-retroviral untuk mengobati HIV yang banyak diderita warga Afrika, maka resistensi obatnya semakin kuat.

Pada tingkat tertentu, obat ini tidak bisa membersihkan tubuh secara total dari parasit malaria. “Tetapi, obat malah memungkinkan parasit membangun resistensi terhadap artemisinin,” ingat para peneliti dalam studi ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement