Sabtu 21 Jan 2012 19:35 WIB

AS Ragu Perancis Percepat Tarik Pasukan dari Afghanistan

Tentara Amerika Serikat yang tergabung dalam Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berjalan melewati bangkai kendaraan usai serangan bom di Kandahar, Kabul, Afghanistan, Kamis (19/1).
Foto: AP/Allauddin Khan
Tentara Amerika Serikat yang tergabung dalam Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berjalan melewati bangkai kendaraan usai serangan bom di Kandahar, Kabul, Afghanistan, Kamis (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menyatakan, ragu jika Perancis akan mempercepat penarikan pasukannya dari Afghanistan, setelah empat tentaranya dibunuh oleh seorang tentara Afghanistan.

Tetapi Pentagon mengatakan, diserahkan kepada Perancis untuk segera menarik pasukannya dari Afghanistan. Sementara Hillary dan para pejabat AS lainnya mengucapkan belasungkawa atas tewasnya empat tentara Prancis itu.

"Saya menyatakan turut berduka cita dengan apa yang terjadi pada tentara-tentara Perancis itu. Itu adalah kejadian yang buruk sekali dan saya menyatakan duka cita yang mendalam." kata Hillary dalam satu jumpa pers.

"Kami melakukan kontak erat dengan kolega-kolega Perancis kami dan kami tidak punya alasan yang meyakinkan bahwa Perancis akan melakukan sesuatu kecuali melanjutan keikutsertaanya dalam proses transisi yang sangat hati-hati, sementara kami mencari jalan keluar seperti yang telah disepakati sebelumnya d Lisabon," tambah Hillary.

Di Lisabon,pada 20 November 2010,para pemimpin NATO menyetujui satu rencana bagi serdadu-serdadu mereka untuk mulai menyerahkan tanggungjawab keamanan kepada pasukan Afghanistan dengan tujuan menyerahkan kekuasaan penuh pada akhir tahun 2014 kepada Kabul.

Sebelumnya, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy memperingatkan, ia mungkin akan mempercepat penarikan pasukan Perancis yang berkekuatan 3.600 personil dari Afghanstan setelah seorang tentara Afghanistan menembak mati empat tentara Prancis dalam satu kegiatan olah raga di satu pangkalan.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement