Ahad 22 Jan 2012 13:59 WIB

IAEA Komit Kerja Sama Konstruktif dengan Iran

REPUBLIKA.CO.ID, WINA - Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano dalam satu pernyataan mengacu pada pengiriman tim badan itu ke Teheran akhir Januari, menggarisbawahi bahwa ia berkomitmen untuk kerja sama konstruktif dengan Iran.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu, Amano membahas berbagai masalah yang berbeda tentang Iran dan menambahkan bahwa salah satu prioritasnya dalam tahun 2012 adalah untuk menciptakan kepercayaan dunia internasional terhadap program nuklir Iran.

Amano mengatakan bahwa tim badan tersebut di bawah kepemimpinan wakil direktur urusan umum urusan penjagaan keselamatan Herman Nackaerts akan mengunjungi Teheran pada akhir Januari. Dia mengatakan ia yakin bahwa Iran akan menanggapi usulan Badan Tenaga Atom Internasional itu dengan semangat konstruktif.

Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu Rabu lalu mengatakan baik Uni Eropa dan Iran telah menyatakan kesiapan mereka untuk melanjutkan perundingan-perundingan mengenai masalah nuklir.

Berbicara pada konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen di Brussels Rabu malam, Menteri Turki itu mengatakan bahwa ia telah melakukan kontak-kontak terbaru dengan para pejabat Iran dan Kepala

Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton dan bahwa "kedua pihak menyatakan niat untuk bertemu dan memulai kembali perundingan-perundingan."

"Tentu saja, terserah kepada kedua pihak untuk memutuskan, tetapi sejauh Turki pahami, kami akan senang menjadi tuan rumah putaran baru perundingan-perundingan itu," katanya.

Pada Kamis, kata Davutolgou, "Saya akan bertemu dengan rekan saya dari Iran Ali Akbar Salehi di Ankara untuk membahas masalah ini."

"Kami berharap perundingan ini akan menciptakan hasil yang positif dan perhatian internasional yang penting agar masalah ini diselesaikan secara menyeluruh," tambahnya.

Pembicaraan nuklir terakhir antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB - AS, Inggris, Prancis, Rusia dan China, bersama dengan Jerman (5+1) diadakan di Istanbul sekitar setahun lalu, namun tidak ada kemajuan.

Menurut sumber-sumber Iran, perunding tinggi Iran Saeed Jalili telah mengatakan kepada Uni Eropa dalam surat jawaban kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, bahwa Teheran siap untuk mengadakan pembicaraan nuklir terbaru, tapi tidak akan menarik mundur hak-haknya dalam pembicaraan-pembicaraan dengan Barat.

Surat tertanggal 6 September itu menambahkan bahwa "Republik Islam Iran percaya bahwa perundingan hanya satu-satunya cara untuk menghapus kesalahpahaman yang ada di semua bidang."

Dalam satu surat kepada Iran pada Juli, Ashton mengumumkan kesediaan kekuatan dunia itu "untuk melanjutkan pembicaraan dengan Iran tentang program nuklir damainya."

Washington dan sekutu Baratnya menuduh Iran mencoba mengembangkan senjata nuklir dengan kedok program nuklir sipil, sementara mereka tidak pernah menyajikan bukti nyata untuk mendukung tuduhan mereka. Iran membantah tuduhan-tuduhan itu dan bersikeras bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai belaka.

Teheran menekankan bahwa negara selalu mengejar jalur sipil untuk memberikan kelistrikan karena meningkatnya jumlah penduduk Iran, sebab pada akhirnya bahan bakar fosil akan kering.

Meskipun aturan yang tercantum dalam Perjanjian Non-Proliferasi (NPT) memberikan hak setiap negara anggota, termasuk Iran, hak untuk melakukan pengayaan uranium, namun Teheran kini dikenai empat putaran sanksi Dewan Keamanan PBB karena menolak seruan Barat menyerahkan hak atas pengayaan uraniumnya.

Teheran telah menolak tuntutan Barat itu sebagai pencemaran politik dan tidak logis. Teheran menandaskan bahwa sanksi-sanksi dan tekanan seperti itu hanya mengkonsolidasikan secara nasional rakyat Iran untuk memutuskan melanjutkan program.

sumber : Antara/IRNA-0ANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement