Senin 23 Jan 2012 23:02 WIB

Iran 'Melunak' Soal Selat Hormuz?

Rep: Lingga Permesti/ Red: Ramdhan Muhaimin
Kapal Induk USS John C Stennis yang tengah berpatroli di Selat Hormuz, Selasa (3/1).
Foto: AP
Kapal Induk USS John C Stennis yang tengah berpatroli di Selat Hormuz, Selasa (3/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Setelah pernah mengancam akan  mengambil langkah menutup Selat Hormuz, Iran menyatakan tak akan pernah dalam sejarahnya mencoba menutup selat tersebut.

"Iran tak akan mencoba mencegah berjalannya lalu lintas atau membuat halangan di rute maritim yang penting ini,” kata Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi belum lama ini, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (23/1).

Sejumlah analis menyatakan, perubahan sikap Iran ini tidak akan mengubah sikap Iran terhadap program nuklirnya. "Kepemimpinan Iran memiliki rasa yang kuat mempertahankan diri," kata Robert Smith, seorang konsultan di Fakta Energi Global.

Seorang komandan senior Korps Pengawal Revolusi Iran mengatakan, kemungkinan kapal-kapal AS ke wilayah Iran itu bukan masalah baru dan sebagai rutinitas Amerika Serikat (AS).  Ini memperlihatkan perubahan yang signifikan dari awal bulan ini ketika Teheran mengatakan kapal induk USS John C. Stennis tidak boleh kembali ke Teluk.

Menteri Luar Negeri Uni Eropa pada Senin (23/1) menyetujui larangan impor minyak dari Iran dan sanksi AS yang membuat mustahil bagi negara di seluruh dunia untuk membeli minyak mentah Iran.

Wakil Pertama Presiden Iran Mohammad Reza Rahimi mengatakan Iran tidak akan mengizinkan satu tetes minyak melalui Selat Hormuz jika sanksi dikenakan pada Iran.

"Hari ini mereka (Barat) telah meluncurkan permainan baru terhadap Iran, tetapi jelas bahwa kita akan bertahan terhadap tuntutan mereka yang berlebihan,"katanya dikutip kantor berita resmi Iran, IRNA.

Seorang diplomat Barat di Teheran membandingkan tawaran Iran sebelum putaran terakhir dari sanksi yang diberlakukan pada pertengahan 2010.

"Mereka berkata mari kita berbicara, tetapi itu tidak ditindaklanjuti oleh komitmen" katanya. Ia juga menambahkan, Teheran belum memberikan balasan surat Ashton yang dikirim  pada tanggal 21 Oktober untuk melanjutkan pembicaraan.

"Iran tidak memperlunak sikapnya," kata Meir Javedanfar, analis Ran dan penulis 'The Sphinx Nuklir Teheran'.

Menurutnya, Iran mengubah strategi setelah menyadari bahwa ancaman tidak tepat waktu dan berlebihan untuk menutup Selat. “Iran  melunakkan sikapnya akan memberikan kontribusi untuk sebuah pengurangan dari pasar minyak," kata Smith.

Sementara itu, kemungkinan bentrokan angkatan laut di Teluk segera mungkin telah surut, Iran akan terus melancarkan program nuklirnya. "Iran masih dapat memblokir selat Hormuz . Ini adalah skenario yang tak seorang pun bisa atau harus mengabaikan, meskipun fakta bahwa ancaman terakhir untuk menutup selat dalam hal sanksi ternyata menjadi gertak sambal."kata Javendafar.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement