REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Sebuah survei investor internasional menyatakan sistem Kapitalisme berada dalam kehancuran. Hal itu dikarenakan ketidaksetaraan pertumbuhan pendapatan di negara Barat.
Menurut Polling Global Bloomberg yang dirilis pada Rabu (25/1), lebih dari 70 persen responden mengatakan sistem Kapitalime penyebab negara dalam kubangan krisis ekonomi.
"Mayoritas investor setuju bahwa ketimpangan pendapatan terus merusak sistem ekonomi disetiap negara," dari laporan polling. Dan untuk itu, pemerintah suatu negara harus melakukan sesuatu untuk mengatasi sistem kapitalis yang merusak ini.
Sebanyak 32 persen responden menilai perlu perubahan radikal dalam sistem ekonomi. Sedangkan 39 persen lain menganggap gejolak krisis ini akan memudar dengan sendirinya.
Investor juga menyuarakan kekhawatiran tentang peran industri keuangan dalam masyarakat. Mereka menilai bank memiliki kekuasaan terlalu besar atas pemerintah. Jajak pendapat triwulanan yang dilakukan pada 23-24 Januari menanyai sebanyak 1.209 investor, analis dan pedagang yang menjadi pelanggan Bloomberg.
Sementara itu, 70 persen dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa penurunan ekonomi Eropa akan memperparah instabilitas sosial pada tahun 2012, termasuk menjalarnya kerusuhan sosial, seperti yang terjadi diengan gerakan menduduki wallstreet.
Gerakan menduduki Wall Street tumbuh pertama kali ketika sekelompok demonstran berkumpul di distrik finansial New York untuk memprotes distribusi kekayaan yang tidak adil di negara ini. Dan pengaruh yang berlebihan dari korporasi besar terhadap kebijakan AS.
Kini Gerakan menduduki Wall Street telah menjalar ke berbagai kota besar di Amerika Serikat, bahkan meluas hingga menjangkau Australia, Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, Irlandia, Portugal, dan negara lain.