REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA - Kuba pada November akan menggelar manuver militer terbesarnya selama tiga tahun terakhir. Hal ini menunjukkan kekuatan yang akan bertepatan dengan pemilihan presiden di Amerika Serikat. Demikian dilaporkan media pemerintah, Kamis (26/1).
Menurut laporan surat kabar resmi Granma, latihan-latihan akan menjadi yang pertama di bawah komando Jenderal Leopoldo Cintra Frias, yang ditunjuk sebagai menteri pertahanan Kuba pada 3 September setelah kematian Jenderal Julio Casas Regueiro.
Manuver-manuver, yang dinamakan 'Operation Bastion', telah diselenggarakan beberapa kali selama bertahun-tahun oleh rezim Marxis itu, yang sering dilakukan dalam menanggapi peristiwa di Amerika Serikat.
Kuba melakukan latihan militer pertama Operasi Benteng Pertahanan pada November 1980 setelah Ronald Reagan terpilih sebagai presiden Amerika Serikat, saat meningkatnya ketegangan antara Washington dan Havana, yang tidak memiliki ikatan diplomatik formal sejak 1961.
Manuver militer juga dilakukan pada 1983, 1986, 2004 dan 2009. Pernyataan putaran terbaru manuver-manuver militer itu bertepatan dengan retorika kandidat presiden AS garis keras dari Partai Republik terhadap Kuba.
Para pesaing presiden telah berkampanye di Florida pekan ini, rumah masyarakat anti-Castro di pengasingan dan di mana acara penting utama akan diselenggarakan pada 31 Januari.
Strategi pertahanan Kuba akan memobilisasi penduduk yang ketakutan terhadap serangan Amerika Serikat di masa depan, mengirim pasukan kecil untuk membela pulau Komunis terhadap Amerika yang besar dan canggih.
Latihan 'Fuerzas Armadas Revolucionarias' (FAR) atau Angkatan Bersenjata Revolusioner itu terdiri atas tiga pasukan tentara yang meliputi pulau bagian barat, tengah dan timur dan mencakup sekitar 50 ribu tentara.
Bagian lain dari militer Kuba mencakup ratusan ribu militer cadangan dan sekitar satu juta pria dan wanita yang menerima pelatihan sebagai pasukan darat. Pulau ini memiliki populasi kurang dari 11 juta orang.
Pihak militer Kuba mengklaim akan merancang kembali dan memodernisasi bagian persenjataan yang diterima dari pemasok utamanya, Uni Soviet, yang pecah pada 1991. Setelah jatuhnya Uni Soviet, ketika Kuba kehilangan dukungan keuangan dan bantuan lain dari Moskow, pasukan Kuba mengurangi jumlah tentaranya.
Meskipun secara ekonomi kekurangan, namun sekitar 400 ribu tentara Kuba berpartisipasi dalam berbagai konflik untuk mendukung pemerintah sosialis di Afrika dan titik-panas asing lainnya pada akhir 1980-an.