REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Ketua Gabungan Kepala Staf Jenderal Amerika Serikat (AS), Martin Dempsey mengatakan bahwa keputusan berkonflik militer dengan Iran adalah sebuah keputusan yang 'prematur' dan memiliki efek yang tidak stabil pada keamanan dan ekonomi dunia.
"Konflik dengan Iran akan sangat tidak stabil, dan aku tidak hanya berbicara dari perspektif keamanan. Ini akan mendestabilisasi ekonomi," kata Jenderal Dempsey dalam sebuah wawancara dengan National Jurnal, Kamis (26/1).
"Ia mengatakan bahwa pilihan itu terlalu dini untuk diputuskan, walaupun pendekatan ekonomi dan diplomatik tidak memungkinkan untuk dilaksanakan," katanya lagi.
Komentar ini datang setelah ia dan kepala militer AS lain mengunjungi Israel untuk bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Ehud Barak, Presiden Shimon Peres, dan kepala staf militer Letnan Jenderal Benny Gantz. Terlihat perbedaan pendapat antara Washington dan Tel Aviv atas program nuklir Iran.
Dempsey mencatat bahwa sekutu melihat program nuklir Iran berbeda. "Peran saya adalah tidak mencoba untuk membujuk Israel atau memungkinkan mereka untuk membujuk saya. Melainkan untuk mencari solusi yang kreatif, solusi tidak sederhana selain cara militer," tambahnya.
Presiden AS Barack Obama, Menteri Pertahanan Leon Panetta dan pejabat lainnya telah memperingatkan para pemimpin Israel tentang konsekuensi mengerikan dari pemogokan minyak Iran. Dan untuk menghentikan serangan dari Tel Aviv terhadap Iran.
AS, Israel, dan sekutu mereka menuduh Iran mengejar program nuklir militer dan telah menggunakan tuduhan ini sebagai dalih untuk mempengaruhi Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan empat putaran sanksi terhadap Iran.
Tekanan terhadap Teheran meningkat pada November 2011 setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menuduh Iran melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir sebelum 2003. Namun Iran telah berkali-kalu menolak keras tuduhan tersebut.