Jumat 27 Jan 2012 13:47 WIB

Ahmadinejad Remehkan Sanksi Anti-Minyak dari Barat

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad bersama para ilmuwan nuklir negaranya
Foto: Scrapetv.com
Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad bersama para ilmuwan nuklir negaranya

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Sanksi anti-minyak terhadap Iran, terkait dugaan pengembangan senjata nuklir, ternyata tidak digubris Presiden Mahmoud ahmadinejad. Ia bahkan meremehkan sanksi yang diberikan pihak Barat tersebut.

Sanksi yang juga diberlakukan kepada Bank Sentral Iran, dinilainya sebagai "upaya sia-sia." Hal itu disampaikan Ahmadinejad seperti dilaporkan kantor berita resmi IRNA, Kamis (26/1).

Sanksi tersebut, menurutnya tidak akan dapat bekerja. Sebab, pada kenyataannya prakarsa tersebut tidak akan berguna. Apalagi, lanjut dia, efek dari sanksi tersebut tidak akan memengaruhi total perdagangan luar negeri Iran yang mencapai 200 miliar dolar AS, dan hanya 24 miliar dolar yang dengan negara-negara Eropa.

"Di masa lalu, sekitar 90 persen perdagangan Iran adalah dengan Eropa, namun saat ini adalah sekitar 10 persen," tandas Ahmadinejad.

Uni Eropa saat ini membeli hampir 20 persen dari ekspor minyak mentah Iran, dengan negara-negara seperti Yunani dan Italia yang paling bergantung pada minyak Iran.

Negara-negara Teluk Persia seperti Arab Saudi telah menawarkan untuk meningkatkan produksinya sendiri untuk mengkompensasi kekurangan yang disebabkan oleh larangan minyak Iran.

Para pejabat Iran telah mengancam untuk menutup Selat strategis Hormuz jika ekspor minyak mereka dikenai sanksi. Republik Islam sangat bergantung pada ekspor minyak mentah dan produk-produknya untuk pendapatan tahunannya.

sumber : Antara/Xinhua-0ANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement