REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Sebuah tank tentara Israel menghantamkam tembakan meriam. Akibatnya, sebuah rumah mengalami kerusakan parah di Jalur Gaza saat fajar pada Sabtu, kata para saksi dan seorang pejabat keamanan Hamas.
Tidak ada yang terluka dalam ledakan di dekat daerah Shejaya di sebelah timur Kota Gaza itu, kata mereka. Pihak militer Israel belum memberikan komentar langsung mengenai klaim tersebut, dan hanya mengatakan bahwa nyala api telah ditembakkan di sektor itu.
Brigade Abu Ali Mustafa, sayap bersenjata Front Populer kiri untuk Pembebasan Palestina (PFLP), sementara itu mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya menembakkan empat mortir ke Israel semalam.
Tembakan tank Israel ini terjadi beberapa hari setelah Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon, Rabu, mengatakan akan berkunjung ke Israel dan Palestina pekan depan untuk memperkuat upaya-upaya guna menghidupkan kembali proses perdamaian yang terhenti.
Ban mengatakan ia juga akan pergi ke Yordania yang telah menyelenggarakan pembicaraan informal antara kedua belah pihak dalam konflik Timur Tengah itu. Sekjen PBB tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai perjalanannya itu, namun dia diperkirakan tiba di Amman pada Senin setelah menghadiri KTT Uni Afrika di Addis Ababa pada akhir pekan.
"Kunjungan saya ini dilakukan pada momen penting," kata Ban dalam konferensi pers. "Saya akan ada di sana untuk mendorong kedua belah pihak guna terlibat dengan sungguh-sungguh dan membuat suasana positif untuk bergerak maju."
Para juru runding Israel dan Palestina mengadakan putaran final pembicaraan informal pada Rabu menjelang berakhirnya tenggat waktu yang ditetapkan oleh Kuartet diplomatik Timur Tengah - Amerika Serikat, PBB, Rusia, dan Uni Eropa - atas sebuah inisiatif baru untuk meluncurkan kembali perundingan.
Pemimpin Palestina Mahmud Abbas seusai pertemuannya dengan Raja Yordania Abdullah II di Amman pada Rabu mengatakan bahwa Palestina bisa kembali ke perundingan formal jika Israel setuju untuk menetapkan perbatasan.
Palestina menghentikan pembicaraan formal pada September 2010 ketika Israel mengakhiri moratorium pembangunan permukiman di wilayah Palestina.