REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Sebuah misi tim PBB untuk memeriksa program nuklir Iran dapat memainkan bagian penting. Hal itu terkait apakah akan ada atau tidak serangan militer terhadap Iran, atas hasil pemeriksaan program nuklir Iran tersebut. PBB berkunjung ke Iran bersama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Kedatangan PBB dan IAEA disambut para pengunjuk rasa Iran yang sudah berada di luar bandara Teheran. Dalam aksinya, mereka membawa foto seorang ilmuwan Iran yang baru dibunuh pada minggu lalu.
Sebab, mereka menuduh Badan Energi Atom Internasional terlibat dalam kematian tersebut. Mereka menyatakan bahwa Ahmadi Mostafa Roshan (ilmuwan yang dibunuh) telah diwawancarai IAEA sebelum ia tewas dalam serangan bom yang ditargetkan.
Wakil direktur umum IAEA, Herman Nackaerts, mengeluarkan pernyataan sebelum kunjungan tersebut. "Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad harus melibatkan kita pada semua kekhawatiran tentang program nukir Iran yang terjadi, sehingga kita bisa berdialog bersama, untuk penyelesaiannya," tuturnya.
Kunjungan PBB dan IAEA ini untuk melakukan inspeksi terhadap program nuklir Iran. Delegasi PBB yang datang adalah sejumlah pejabat senior, termasuk Jacques Baute dari Perancis, yang memimpin investigasi Badan ke program senjata Saddam Hussein di Irak, dan Neville Whiting dari Afrika Selatan.
Delegasi tingkat tinggi ini mencerminkan pandangan umum bahwa inspeksi ini adalah kesempatan terakhir sebelum tindakan militer yang akan dilakukan Israel dan AS. Namun, ada juga perasaan bahwa Teheran mungkin memutuskan untuk menawarkan konsesi karena menghadapi sanksi pada ekspor minyak dan manuver angkatan laut Barat di Selat Hormuz.