Senin 30 Jan 2012 18:00 WIB

Ditekan AS untuk Embargo Minyak Iran, Korsel Minta Waktu

Ekspor Minyak Iran
Foto: presstv
Ekspor Minyak Iran

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) benar-benar dilema. Di satu sisi ingin mendukung Amerika Serikat (AS) untuk mengembargo minyak Iran, namun di sisi lain bingung mencari sumber minyak pengganti.

Menteri Keuangan Korsel, Bahk Jae-Wan, meminta waktu untuk dapat bergabung bergabung dengan sanksi pimpinan AS terhadap minyak Iran atas dugaan program senjata nuklir Teheran. Korsel meminta waktu sampai dapat pengganti sumber minyak.

Washington telah mendesak sekutunya untuk mengurangi impor minyak secara signifikan dari Iran, sejalan dengan rancangan undang-undang sanksi yang ditandatangani oleh Presiden Barack Obama bulan lalu.

Bahk Jae-Wan mengatakan bahwa negosiasi dengan AS sedang berjalan tetapi meminta pendekatan bertahap untuk meminimalkan kerusakan ekonomi. Korea Selatan mengimpor hampir 10 persen minyak mentah dari Iran.

"Setiap negara memiliki situasi yang berbeda ... jadi ada banyak faktor untuk dipertimbangkan ... termasuk apa yang harus dilakukan dengan kontrak yang ada," katanya kepada wartawan, menggambarkan volume impor minyak Iran saat ini sebagai "cukup besar".

"Kami sedang mendiskusikan dengan pemerintah AS dalam soal berapa banyak yang 'signifikan' dan saya percaya pembahasannya ... akan mengambil sedikit waktu," kata Bahk.

Korea Selatan adalah sekutu dekat Amerika Serikat dan 28.500 tentara AS berbasis di negara itu. Tetapi negara yang sangat maju ini juga pengimpor minyak terbesar kelima di dunia.

Bahk mengatakan, Arab Saudi bulan ini menawarkan meningkatkan suplai minyak mentah untuk Korea Selatan, namun memperingatkan bahwa diversifikasi sumber-sumber minyak akan memakan banyak waktu dan koordinasi kebijakan.

Presiden Lee Myung-Bak akan mengunjungi Arab Saudi, Qatar dan United Emirat Arab minggu depan, dalam perjalanan untuk membantu Korea Selatan "mengamankan pasokan sumber energi yang stabil", kata kantornya.

Menkeu Bahk berjanji "berusaha sepenuhnya" untuk mencegah sanksi memicu lonjakan dramatis dalam harga minyak dan inflasi bahan bakar -- salah satu kebijakan utama pemerintah yang dikhawatirkan tahun ini.

Seoul pada Desember menambahkan lebih dari 100 nama ke daftar hitam keuangan perusahaan dan individu Iran, bergabung dengan upaya multinasional baru untuk menekan Iran untuk membatalkan program senjata nuklirnya yang diduga. Tetapi Korsel tidak mengumumkan larangan impor petrokimia atau minyak mentah.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement