Selasa 31 Jan 2012 12:01 WIB

Iran Bersumpah Stop Minyak ke 'Sejumlah' Negara Eropa Sebelum 1 Juli

Seorang anggota parlemen berjalan di ruang sidang parlemen Iran
Foto: Reuters
Seorang anggota parlemen berjalan di ruang sidang parlemen Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Saat Republik Islam Iran optimis menyambut kunjungan pakar nuklir PBB, dari IAEA, negara para mullah itu juga mengingatkan para inspektor untuk 'profsional'. Bila tidak, Teheran tak segan mengurangi kerjasama dengan badan energi dan atom dunia itu.

Saat ini parlemen Iran tengah mengkaji kemungkinan membalas sanksi Uni Eropa yang dijadwalkan berlaku pada 1 Juli mendatang.

Dalam pernyataan publik yang menegaskan Iran akan melawan sanksi dengan sanksi, menteri perminyakan Iran, Rostam Qasemi, menyatakan negaranya akan segera menghentikan ekspor minyak mentah ke beberapa negara.

Qasemi tidak menyebut pasti negara-negara tersebut namun pernyataan itu langsung dilontarkan satu pekan setelah 27 anggota UE sepakat untuk menghentikan impor minyak mentah dari Iran mulai 1 Juli.

Segera kita akan memutuskan aliran minyak ke beberapa negara," ujar Qasemi

Meski parlemen Iran kini tengah mengkaji draf UU pada Senin yang mengatur penghentian minyak ke Iran, namun parlemen menunda mendiskusikan kebijakan secara mendetil.

Dengan segera menerapkan sanksi terhadap Eropa, parlemen berharap sudah bisa menganggu tenggat enam bulan--waktu diberikan Uni Eropa kepada anggotanya yang tergantung pada minyak Iran untuk mencari pengganti lain--termasuk negara-negara rapuh di Eropa Selatan, seperti Yunani dan Italia.

Kepala perusahaan minyak negara Iran, NIOC, menyatakan, bahwa sanksi balasan itu akan menghantam kilang-kilang minyak Eropa, seperti Eni dari Italia, yang berhutang besar kepada Iran dari kontrak karya bernilai panjang.

EU menyumbang pendapatan Iran dengan mengimpor 25 persen minyak negara itu. Namun pengamat tetap percaya diri pasar minyak global tidak akan terlalu terganggu meski parlemen Iran memutuskan menutup keran minyak ke Eropa.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement