REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) berusaha mengatasi keberatan Rusia dalam usulan draf resolusi PBB terhadap pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Menurut pejabat senior AS, Senin (30/1), Moskow khawatir, usulan itu justru dapat membuka pintu untuk masuknya intervensi militer ke Suriah.
AS juga berharap dapat meyakinkan Moskow untuk tidak menentang prakarsa Liga Arab yang akan diajukan ke Dewan Keamanan PBB di New York, pada Selasa (31/1) (Rabu, waktu Indonesia). Liga Arab menyerukan agar Bashar menyerahkan kekuasaan untuk menghentikan pertumpahan darah dalam krisis yang sudah berlangsung selama 10 bulan di Suriah.
Rusia menuduh AS dan negara-negara NATO merusak resolusi Dewan Keamanan PBB, Maret 2011, atas Libya yang membantu pemberontak menggulingkan pemerintahan Muamar Qadafi, tahun lalu. Pejabat senior AS itu belum dapat mengetahui apakah Rusia, yang merupakan sekutu Suriah, akan menggunakan hak vetonya untuk abstain saat pemungutan suara dalam pekan ini. Yang jelas, para diplomat AS kini berusaha meyakinkan Moskow bahwa tujuan dari usulan itu tidak membenarkan aksi militer, namun untuk transisi politik yang damai.
"Kami mengharapkan Rusia akan mendengar apa yang terjadi di kawasan itu," kata pejabat AS itu kepada Reuters. "Kami sedang berusaha untuk meyakinkan Rusia bahwa mempertahankan Bashar adalah tidak baik bagi mereka, dan saya kira mereka akan setuju itu. Bashar akan jatuh."