REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Malaria menewaskan lebih banyak orang di seluruh dunia dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Sekitar 1,2 juta orang telah menjadi korbannya selama 2010. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari total yang ditemukan dalam studi menyeluruh atas penyakit yang disebabkan nyamuk itu, walau terjadi penurunan korban jiwa setelah adanya peningkatan upaya perang atas malaria.
Data itu didapatkan dari hasil penelitian terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington. Para peneliti menyatakan korban jiwa akibat malaria telah luput dari studi sebelumnya. Hal itu terjadi karena perkiraan awal bahwa malaria umumnya menewaskan anak yang berusia di bawah lima tahun.
Mereka mendapati lebih dari 78 ribu anak yang berusia 5-14 tahun dan lebih dari 445 ribu orang berusia lebih dari 15 tahun serta lebih tua meninggal akibat malaria pada 2010. Itu berarti 42 persen dari seluruh kematian akibat malaria, terjadi pada orang yang berusia lima tahun atau lebih.
"Anak-anak memiliki kekebalan dan jarang tewas akibat malaria saat dewasa," kata Christopher Murray, pemimpin penulis studi itu, sebagaimana dikutip Xinhua dan dipantau Antara di Jakarta, Jumat (3/2). "Apa yang telah kami temukan dalam catatan rumah sakit, catatan kematian, survei dan sumber lain memperlihatkan bukan itu kasusnya."
Studi tersebut juga mendapati meskipun seluruh jumlah kematian akibat malaria lebih tinggi dibandingkan dengan laporan sebelumnya. Mulai 1985, kematian akibat malaria bertambah setiap tahun sebelum mencapai puncaknya pada 2008, saat 1,8 juta orang tewas di seluruh dunia.
Sejak itu, jumlah kematian telah turun setiap tahun dan, antara 2007 dan 2010, penurunan angka kematian telah lebih dari tujuh tahun setiap tahun. Para peneliti mengatakan pengendali terbesar turunnya angka kematian akibat malaria ialah peningkatan kelambu yang dilengkapi insektisida dan pengobatan dengan gabungan artemisin.