REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Iran berhasil meluncurkan satelit orbitnya, Jumat (3/2) pagi waktu setempat. Di lokasi peluncuran, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad berharap peluncuran satelit ini bisa menjadi sinyal persahabatan antar sesama manusia. "Tindakan ini [peluncuran satelit] akan mengirim sinyal persahabatan yang kuat untuk umat manusia," tulis kantor berita resmi Iran, IRNA sebagaimana dilansir dari Associated Press, Sabtu (4/2).
Satelit kecil bernama Navid dan Gospel ini dirancang untuk mengumpulkan data tentang kondisi cuaca dan memantau bencana alam. Satelit memiliki berat sekitar 110 pon (50 kilogram), mengorbit di ketinggian 234 mil (375 kilometer), dan mengelilingi bumi sebanyak 15 kali dalam sehari.
Satelit diproduksi sebuah Universitas Teknik di Iran. Satelit Navid merupakan satelit kecil ketiga yang berhasil diluncurkan Iran dalam beberapa tahun terakhir. Satelit ini diperkirakan mampu mengorbit selama dua bulan. Satelit Navid dilengkapi teknologi kontrol maju, kamera resolusi tinggi, dan photocells untuk menghasilkan tenaga. Navid diluncurkan menggunakan rudal Safir yang berarti Duta Besar Persia. Sebuah situs Iran, irannuc.ir, menyebutkan Safir merupakan rudal balistik yang dapat diubah menjadi rudal jelajah antar benua.
Sementara itu, seperti biasanya Amerika Serikat (AS) langsung kalang-kabut dengan kemajuan yang dicapai Iran. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat di Washington mengatakan pengembangan Roket Safir melanggar resolusi PBB 2010, yang melarang Iran meluncurkan menggunakan teknologi rudal balistik. Pelucuran Safir, menurut AS, merupakan krisis pengembangan rudal balistik jarak jauh Iran.
Bagi Iran, mengorbitnya satelit Navida dan Gospel serta meluncurnya Rudal Safir merupakan jawaban bahwa negara ini sama sekali tidak terpengaruh dengan sanksi ekonomi yang diberikan AS dan Uni Eropa.