REPUBLIKA.CO.ID, WAHINGTON - Para demonstran anti-perang Amerika Serikat (AS) kembali menggelar aksi unjuk rasa nasional menentang kebijakan perang Washington terhadap Iran. Para penyelenggara aksi anti-perang mendesak warga Amerika untuk menyuarakan penentangan mereka terhadap kebijakan Gedung Putih.
Protes jalanan yang dilakukan pada Sabtu (4/2) kemarin digelar di tengah meningkatnya retorika perang Iran oleh politisi AS dan Israel. Dalam berita yang dilansir Irib, Ahad, (5/1), warga dan aktivis perdamaian AS memperingatkan, bahwa langkah permusuhan terhadap Iran dan dengan segala intervensi militer akan mengancam perdamaian seluruh kawasan dan internasional.
Seorang warga AS yag ikut dalam unjuk rasa, Andy Koch mengatakan berbagai sanksi yang diberlakukan terhadap Tehran adalah sebuah tindakan perang. Menurut dia, sanksi-sanksi itu hanya akan menyebabkan bencana kemanusiaan internasional, kesulitan, penderitaan, kelaparan, dan kurangnya persediaan medis.
"Saya merasa bangsa kita terlalu agresif dan haus akan perang," tambah pengunjuk rasa lain, Stormie Kirk. AS, jelas dia, tidak punya hak untuk terlibat dengan apa yang terjadi di Iran. AS dan sekutunya terus mengancam Iran dengan opsi serangan militer untuk membujuk Tehran menghentikan program nuklir damainya.
Jumat lalu, protes anti-perang juga digelar di beberapa kota utama di AS. Para pengunjuk rasa di Raleigh dan Carolina Utara berkumpul di luar gedung pengadilan federal untuk mencela 'Kebijakan gila perang AS'.
Sebelumnya, keputusan untuk mengadakan demonstrasi muncul setelah sejumlah besar organisasi anti-perang mengadakan konferensi pada 17 Januari lalu. Mereka sepakat untuk mengadakan protes nasional terhadap perang Iran, pada awal Februari 2012.
Washington dan Tel Aviv telah berulang kali mengancam Teheran dengan opsi serangan militer. Hal itu berdasarkan tuduhan bahwa program nuklir Iran mungkin memiliki aspek militer rahasia. Padahal, sesuai Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), Iran sebagai anggota IAEA berhak mengembangkan dan memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai, bukan senjata seperti yang dituduhkan AS dan sekutunya.