REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama memperingatkan risiko serius dari tindakan militer ke Iran. Obama lebih menekankan diplomasi sebagai solusi yang disukai atas kebuntuan masalah nuklir Iran ini.
Dalam wawancaranya dengan televisi NBC, Obama mengaku tidak percaya Teheran memiliki niat untuk menyerang AS. Ia juga menolak pernyataan Wakil Perdana Menteri Israel, Moshe Ya'alon sebelumnya bahwa Iran sedang mengembangkan rudal balistik antarbenua, dengan kisaran 10 ribu kilometer atau sekitar 6.200 mil yang bisa mencapai Pantai Timur AS.
"Setiap jenis aktivitas militer di Teluk Persia adalah mengganggu dan memiliki efek besar untuk kita, juga pada harga minyak. Maka, solusi pilihan kami adalah diplomatik," kata Obama, Ahad (5/2).
Pernyataan ini datang, setelah Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu mendesak negara Barat untuk segera menegosiasikan solusi atas kasus nuklir Iran, dan memperingatkan bahwa serangan militer akan mengakibatkan sebuah bencana.
"Jika ada kemauan politik yang kuat dan saling percaya, masalah ini bisa diselesaikan hanya dalam beberapa hari," kata Davutoglu. "Perselisihan teknis tidak begitu besar. Masalahnya adalah saling percaya dan kemauan politik yang kuat.''
Hal yang sama juga diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Qatar, Khalid Mohamed Al-Attiyah. Ia mendesak Barat menahan diri dari serangan terhadap Iran.