REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Pemerintah Cina harus mempersiapkan langkah-langkah antisipatif menghadapi krisis utang Eropa yang masih terus berlangsung. Pasalnya, kriris ekonomi di Eropa dapat memangkas separuh pertumbuhan ekonomi negeri Tirai Bambu tersebut.
IMF, dalam sebuah laporan prospek ekonomi dunia terbesar kedua itu, menyoroti kerentanan Cina terhadap permintaan global.
"Ekonomi global sedang pada tahap genting dan risiko penurunan telah meningkat tajam," kata IMF, mengutip kemungkinan krisis mendalam di sektor keuangan Eropa yang akan dirasakan di seluruh dunia.
"Seharusnya risiko buntut volatilitas keuangan yang berasal dari Eropa disadari, itu akan menyeret pertumbuhan Cina lebih rendah," kata laporan tersebut.
IMF menguraikan dampak negatif jika krisis zona euro menjerumuskan Eropa ke dalam resesi yang dalam, menyeret pertumbuhan China lebih rendah, terutama karena guncangan melalui perdagangan.
Dalam 'skenario penurunan' pertumbuhan Cina akan turun sekitar 4,0 persen tahun ini dari tingkat 8,2 persen yang diproyeksikan IMF pada Januari 2012.
"Oleh karena itu, risiko terhadap Cina dari Eropa, besar dan nyata," demikian laporan tersebut mengungkapkan.
Jika kawasan euro terhuyung-huyung, IMF merekomendasikan Beijing meluncurkan program stimulus substansial, setara dengan sekitar 3,0 persen dari produk domestik bruto tersebar di 2012-2013. Itu akan membatasi penurunan pertumbuhan menjadi sekitar 1,0 persen, mengurangi dampak negatif terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian rakyat, kata IMF.